Monday, 6 February 2017

LATAR BELAKANG BIMBINGAN DAN KONSELING DISEKOLAH

BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG BIMBINGAN DAN KONSELING DISEKOLAH
Latar belakang
Di dunia pendidikan masa ini, masih banyak hal-hal penting yang perlu kita ketahui. Tidak hanya mengenai bagaimana sistem pembelajaran dan cara mengajarnya. Tapi juga organisasi yang ada didalamnya. Disetiap sekolah selalu ada guru dan mata pelajran yang akan di ajarkan untuk siswanya. Guru di sekolah juga wajib mengetahui tingkah laku siswa. Tidak hanya guru, disekolah juga telah ada mata pelajaran yang mengelola dan mengatur tingkah laku siswa disekolah. Bimbingan dan konseling menangani masalah-masalah yang dialami oleh siswa baik di sekolah maupun yang terjadi diluar sekolah. Guru yang menangani bimbingan dan konseling harus memahami setiap siswa yang mempunyai masalah dan bisa menyelesaikan masalah nya tersebut. Bimbingan dan konseling biasanya berbicara mengenai aspek psikologis, ini sangat penting jika ada banyak gangguan psikis pada peserta didik yang biasanya tertekan masalahdan tidak mampumenagkap pelajran dengan baik. Tidak hanya itu, bimbingan konseling juga sebagai motivator dan pemanatau masalah-masalah siswa yang berkaitan dengan tingkah laku.



BAB II
PEMBAHASAN


A.    Latar belakang sejarah bimbingan dan konseling di Indonesia

Perkembangan layanan di Indonesia dimulai dengan kegiatan di sekolah dan usaha-usaha pemerintah. Secara terbuka bimbingan dan konseling di Indonesia telah mulai dibicarakan secara terbuka sejak tahun 1962. Hal ini ditandai dengan adanya perubahan sistem pendidikan di SMA yaitu perubahan nama menjadi SMA Gaya Baru, dan berubahnya waktu penjurusan yang awalnya di kelas I menjadi dikelas II. Program jurusan ini merupakan akan respon akan kebutuhan untuk menyalurkan para siswa ke jurusan yang tepat bagi dirinya secara perorangan. Dalam pengembangan pendidikan, melalui lokalkarya-lokakarya telah berhasil menyusun dua naskah penting dalam sejarah perkembangan layanan bimbingan di Indonesia, yaitu :
1.      Pola dasar rencana dan pengembangan Program Bimbingan dan Penyuluhan melalui proyek-proyek perintis sekolah pembangunan
2.      Pedoman operasional poelayanan bimbingan pada proyek –proyek perintis sekolah pembangunan.
Secara formal bimbingan dan konseling di Indonesia di programkan di sekolah sejak diberlakukannya kurikulum 1975.  Sebagai penyempurnaan pada kurikulum 1984 telah dimasukan bimbingan karier. Dan dimantapkan pada belakunya UU No 2/1989 tentang sistem pendidikan Nasional. Dalam pasal 1 ayat 1  disebutkan bahwa :” pendidikan adalah usaha sadar diri untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan , pengajaran dan atau  latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Posisi bimbingan termakhtub dalam UU No 2 di atas PP No 28 Bab X pasal 25/1990 dan PP Np 29 Bab X Pasal 27/1990 “ bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi , mengenal lingkungan dan merrencanakan masa depan. Kemudian perkembangan bimbingan dan konseling di Indonesia semakin mantap dengan terjadinya perubahan nama organisasi Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) menjadi Asosiasi Bimbingan dan Konseling  Indonesia (ABKIN) pada tahun 2001. Pemunculan nama ini dilandasi terutama oleh pemikiran bahwa bimbingan dan konseling harus tampil sebagai profesi yang mendapat pengakuan dan kepercayaan publik. Menurut Prayitno  (2003) bahwa periodesasi perkembangan bimbingan dan penyuluhan di Indonesia melalui lima periode yaitu : periode pra wawancara, pengenalan , pemasyarakatan , konsolidasi dan tinggal landas
a.      Latar belakang Bimbingan dan konseling di Sekolah
Seiring perkembangan zaman, problematika peserta didik di sekolah semakin beragam. Jalan pikiran mereka menjadi terbagi dengan masalah diluar sekolah dan di dalam sekolah. Suatu tindak layanan sekolah pada peserta didik dengan bimbingan konseling yang mengarahkan para para peserta didik untuk mengetahui bakat dan potensi dalam diri mereka.
Bimbingan konseling biasanya berbicara mengenai aspek psikologis, ini akan sangat penting jika ada banyak gangguan psikis pada peserta didik yang biasanya tertekan masalah dan tidak mampu menangkap pelajaran dengan baik. Bimbingan konseling juga sangat penting posisinya untuk membimbing siswa untuk memotivasi diri bahwa mereka adalah suatu pribadi yang unik dan mampu bersaing.
Perlunya bimbingan konseling dapat berfungsi sebagai pemantau masalah-masalah siswa yang berkaitan tentang masalah kelainan tingkah laku dan adaptasi. Sulitnya salah satu siswa untuk bergaul dan cenderung mengasingkan diri dari teman-temannya memiliki akar permasalahan yang biasanya beruntun.
Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dalam keseluruhan sistem pendidikan khususnya di sekolah; guru merupakan salah satu pendukung unsur pelaksana pendidikan yang mempunyai tanggung jawab sebagai pendukung pelaksana layanan bimbingan pendidikan di sekolah, dituntut untuk memiliki wawasan yang memadai terhadap konsep-konsep dasar bimbingan dan konseling di sekolah.
Peserta didik tidak hanya memerlukan materi – materi pelajaran sekolah, materi bimbingan konseling pun perlu, karena pada dasarnya setiap kehidupan pasti ada masalah. Memang sebagian orang bisa mengatasi masalahnya sendiri, tetapi tidak sedikit juga orang yang memerlukan bantuan orang lain untuk menyelesaikan masalah – masalah tersebut. Jadi apabila peserta didik tetap dibiarkan memiliki masalah tanpa dibantu, bagaimana mungkin peserta didik  bisa berkonsentrasi untuk memahami atau berfikir mengenai pelajarannya. Kalau ia masih punya beban fikiran yang lain. Maka dari itu bimbingan dan konseling disekolah sangatlah diperlukan. 
Faktor-faktor yang melatarbelakangi muncul dan diperlukannya bimbingan dan konseling:
1.      Latar Belakang Psikologi 
Latar belakang psikologis dalam BK memberikan pemahaman tentang tingkah laku individu yang menjadi sasaran (klien). Hal ini sangat penting karena bidang garapan bimbingan dan konseling adalah tingkah laku klien, yaitu tingkah laku yang perlu diubah atau dikembangkan untuk mengatasi masalah yang dihadapi.[1]
Peserta didik sebagai individu yang dinamis dan berada dalam proses perkembangan, memiliki kebutuhan dan dinamika dalam interaksi dengan lingkungannya. Di samping itu, peserta didik senantiasa mengalami berbagai perubahan sikap dan tingkah lakunya. Proses perkembangan tidak selalu berlangsung secara linier (sesuai dengan arah yang diharapkan atau norma yang dijunjung tinggi), tetapi bersifat fluktuatif dan bahkan terjadi stagnasi atau diskontinuitas perkembangan.[2]
Latar belakang dari segi psikologis menyangkut masalah perkembangan individu, perbedaan individu, kebutuhan individu penyesuaian diri serta masalah belajar.

2.       Latar Belakang Sosial Budaya
Individu merupakan biopsikososiospiritual, yang artinya bahwa individu makhluk biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Setiap anak sejak lahir tidak hanya mampu memenuhi tuntutan biologisnya, tepapi juga tuntutan budaya di mana individu itu tinggal, tuntutan budaya itu dilakukan agar segala dampak modrenisasi dapat di filter oleh individu tersebut secara otomatis, serta individu diharapkan dapat menyesuaikan tingkah lakunya sesuai dengan budaya yang sudah ada, agar dapat di terima dengan baik oleh lingkungan tersebut. Untuk mengembangkan semua kemampuan penyesuaian tersebut, sangat diperlukan sebuah bimbingan.
Terkait dengan layanan bimbingan dan konseling di Indonesia, Moh. Surya mengatakan tentang tren bimbingan dan konseling multikultural, bahwa bimbingan dan konseling dengan pendekatan multikultural sangat tepat untuk lingkungan berbudaya plural seperti Indonesia. Bimbingan dan konseling dilaksanakan dengan latar belakang berlandaskan semangat bhinneka tunggal ika, yaitu kesamaan di atas keragaman. Layanan bimbingan dan konseling hendaknya lebih berpangkal pada nilai-nilai budaya bangsa yang secara nyata mampu mewujudkan kehidupan yang harmoni dalam kondisi pluralistik
3.       Latar Belakang Agama
Setiap individu merupakan makhluk Tuhan yang pada dasarnya sama memiliki fitrah sebagai khalifah dan hamba-Nya. Dalam kategori ini pun, sangat diperlukan sekali bimbingan terhadap setiap tantangan dimensi spiritualitas individu, seperti: dekadensi moral, budaya hedonistik, dan penyakit hati. Bimbingan dalam hal ini diperuntukan agar setiap individu mampu memandang setiap tantangan kearah positif bukan malah terjerumus kearah negative, sehingga kehidupan dapat dijalani sesuai dengan kaidah-kaidah agama.
Dalam landasan agama, bimbingan dan konseling diperlukan penekanan pada 3 hal pokok:
a.       Keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam adalah mahluk Tuhan
b.      Sikap yang mendorong perkembangan dan perikehidupan manusia berjalan kearah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama
c.       Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal suasana dan perangkat budaya serta kemasyarakatan yang sesuai dengan kaidah-kaidah agama untuk membentuk perkembangan dan pemecahan masalah individu.
Landasan religius bimbingan dan konseling pada dasarnya ingin menetapkan klien sebagai makhluk Tuhan dengan segenap kemuliaannya menjadi fokus sentral upaya bimbingan dan konseling. Pembahasan landasan religius ini, terkait dengan upaya mengintegrasikan nilai-nilai agama dalam proses bimbingan dan konseling.

4.      Latar Belakang Pendidikan
Bimbingan dan konseling diperlukan untuk mengembangkan pendidikan yang bersifat meninggi, meluas dan mendalam. Meninggi artinya membantu membimbing individu memilih jenjang pendidikan yang lebih tepat, karena semakin bertambahnya kesempatan dan kemungkinan untuk mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Serta sangat diperlukan untuk membuat individu lebih mandiri  dan berkembang secara optimal dalam berbagai bimbingan, seperti: bimbingan pribadi, sosial, belajar dan bimbingan karir melalui berbagai jenis kegiatan bimbingan, sehingga pendidikan dapat berjalan dengan lancar dengan adanya bimbingan dan konseling.
Arah meluas tampak dalam pembagian sekolah dalam berbagai jurusan khusus dan sekolah kejuruan. Hal ini menimbulkan kebutuhan akan bimbingan untuk memilih jurusan yang khusus dan memilih bidang studi yang tepat bagi setiap murid. Arah mendalam tampak dalam berkembangnya ruang lingkup dan keragaman disertai dengan pertumbuhan tingkat kerumitan dalam tiap bidang studi. Hal ini menimbulkan masalah bagi murid untuk mendalami tiap bidang studi dengan tekun. Perkembangan ke arah ini bersangkut paut pula dengan kemampuan dan sikap serta minat murid terhadap bidang studi tertentu. Ini semua menimbulkan akibat bahwa setiap murid memerlukan perhatian yang bersifat individual dan khusus. Dalam hal ini pula terasa sekali kebutuhan akan bimbingan di sekolah.[4]
Untuk menuju tercapainya pribadi yang berkembang, maka kegiatan pendidikan hendaknya bersifat menyeluruh yang tidak hanya berupa kegiatan instruksional (pengajaran), akan tetapi meliputi kegiatan yang menjamin bahwa setiap anak didik secara pribadi mendapat layanan sehingga akhirnya dapat berkembang secara optimal. Kegiatan pendidikan yang diinginkan seperti tersebut di atas, adalah kegiatan pendidikan yang ditandai dengan pengadministrasian yang baik, kurikulum beserta proses belajar mengajar yang memadai, dan layanan pribadi kepada anak didik melalui bimbingan.
Dalam hubungan inilah bimbingan mempunyai peranan yang amat penting dalam pendidikan, yaitu membantu setiap pribadi anak didik agar berkembang secara optimal. Dengan demikian maka hasil pendidikan sesungguhnya akan tercermin pada pribadi anak didik yang berkembang baik secara akademik, psikologis, maupun sosial.
Ada tiga hal pokok yang menjadi latar belakang perlunya bimbingan dilihat dan segi pendidikan.
1.      Pertama adalah dilihat dan hakikat pendidikan sebagai suatu usaha sadar dalam mengembangkan kepribadian. Hal ini mengandung implikasi bahwa proses pendidikan menuntut adanya pendekatan yang lebih luas dari pada sekedar pengajaran. Pendekatan yang dimaksud adalah pendekatan pribadi melalui layanan bimbingan dan konseling.
2.      Kedua, pendidikan senantiasa berkembang secara dinamis dan karenanya selalu terjadi perubahan perubahan dan penyesuaian dalam komponen-komponennya. Menghadapi perkembangan ini para siswa sebagai subjek didik memerlukan bantuan dalam penyesuaian diri melalui layanan bimbingan.
3.      Ketiga pada hakikatnya guru mempunyai peranan yang tidak hanya sebagai pengajar,tetapi lebih luas dari itu, yaitu sebagai pendidik. Sebagai pendidik, maka guru harus dapat menggunakan pendekatan pribadi dalam mendidik para siswanya. Pendekatan pribadi ini diwujudkan melalui layanan bimbingan.

5.      Latar Belakang Perkembangan IPTEK
Di era ini ilmu pengetahuan, informasi dan teknologi berkembang sangat pesat, oleh karena itu diperlukannya Bimbingan dan Konseling, agar individu dapat mengetahui dampak positif dan negatifnya dari perkembangan tersebut. Lewat Bimbingan dan Konseling, individu diarahkan kepada dampak positif dari IPTEK  yang lebih ditujukan pada penerapan teknologi yang harus dimilliki dan dikuasai karena semakin kompleksnya jenis-jenis dan syarat pekerjaan serta persaingan antar individu.
Dengan teknologi jaringan tidak hanya mata kuliah atau bidang studi saja yang bisa memanfaatkan teknologi tinggi, melainkan hampir sebagian besar proses belajar mengajar termasuk BK (Bimbingan Konseling) atau Bimbingan Karier sudah bisa memanfaatkan teknologi.
Terkait sasaran layanan makin kompleks, diperlukan pelayanan BK yang profesional. Salah satu syarat pekerjaan profesional itu adanya komitmen menerapkan keahlian. Lembaga ataupun sekolah harus selalu menyiapkan guru BK yang adaptif dengan perubahan iptek sehingga teori yang dipelajari relevan dengan tugas BK.
Dengan teknologi khususnya jaringan komputer baik Intranet maupun Internet proses belajar mengajar, proses interaksi antara konselor dan klien bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja tanpa dibatasi ruang dan waktu. Dengan demikian peran teknologi tinggi dalam dunia pendidikan khususnya Bimbingan dan Konseling sangat dibutuhkan untuk mendapatkan hasil yang sesuai dan maksimal.

Bimbingan merupakan bagian integral dari proses pendidikan dan memiliki kontribusi terhadap keberhasilan proses pendidikan disekolah (Juntika,2005).  Berdasarkan pernyataan di atas dapat dipahami bahawa proses pendidikan disekolah termasuk madrasah tidak akan berhasil secara baik apabila tidak didukung oleh penyelenggaraan bimbingan secara baik pula

Sekolah dan madrasah memiliki tanggung jawab yang besar membantu siswa agar berhasil dalam belajar. Untuk itu sekolah dan madrasah hendaknya memberikan bantuan kepada siswa untuk mengtasi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan belajar siswa. Dalam kondisi seperti ini, pelayanan bimbingan dan konseling sekolah dan madrasah sangat penting untuk dilaksanakan guna membantu siswa mengatasi berbagai masalah yang dihadapinya.
Secara umum masalah-masalah yang dihadapi oleh individu khususnya oleh siswa di sekolah dan madrasah sehingga memerlukan bimbingan dan konseling adalah: (1) masalah-masalah pribadi, (2) masalah belajar (masalah-masalah yang menyangkut pembelajaran), (3) masalah pendidikan, (4) masalah karir atau pekerjaan, (5) penggunaan waktu senggang, (6) masalah-masalah sosial dan lain sebagainya.
Pelayanan bimbingan dan konseling telah menjadi salah satu pelayanan yang penting dan dibutuhkan disetiap sekolah termasuk madrasah. Menurut Suradi (1996) dan Salwa (2004) ada sepuluh alasan mengapa pelayanan bimbingan konseling perlu diadakan khususnya disekolah yaitu :
1.      Membantu siswa agar berkembang dalam semua bidang
2.      Membantu siswa untuk membuat pilihan yang sesuai pada semua tingkatan sekolah
3.      Membantu siswa membuat perencanaan dan pemilihan karier di masa depan (setelah tamat)
4.      Membantu siswa membuat penyesuaian yang baik disekolah dan juga diluar sekolah
5.      Membantu dan melengkapi upaya yang dilakukan orang tua di rumah
6.       Membantu mengurangi atau mengawasi dan kelambanan dalam sistem pendidikan
7.      Membantu siswa yang memerlukan bantuan khusus
8.      Menambah daya tarik sekolah terhadap masyarakat (user)
9.       Membantu sekolah  dalam mencapai sukses pendidikan (akademik) baik pada tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi; dan
10.  Membantu mengatasi masalah disiplin pada siswa.

Paparan di atas menjelaskan bahwa pelayanan bimbingan dan konseling perlu diadakan disekolah-sekolah karena pelayanan ini dapat membantu para siswa mencapai tujuan yang diinginkan, membantu siswa untuk meningkatkan pencapaian akademik dan mengembangkan siswa untuk meningkatakan pencapaian akademik dan mengembangakan potensi yang ada pada diri mereka agar mereka dapat menghasilkan perubahan positif dalam dirinya sendiri. Selain itu, melalui pelayan bimbingan dan konseling, para siswa disekolah dan madrasah juga berpeluang untuk menyatakan perasaan dan berbagai masalah yang mereka hadapi kepada guru bimbingan konseling.

C. Beberapa yang menjadi persoalan dalam penyelenggraan program bimbingan dan konseling saat ini :
a.       Masih terdapat kesenjangan rasio konselor dengan jumlah sekolah dan jumlah peserta didik disetiap jenjang pendidikan, bahkan di Sekolah Dasar belum ada pengangkatan khusus seorang konselor.
b.      Dampak dari kesenjangan antara jumlah konselor dengan jumlah sekolah, atau jumlah peserta didik adalah (1) di sekolah sekolah tertentu tidak ada guru pembimbing, (2) di sekolah sekolah tertentu ada guru pembimbingnya meskipun tidak seimbang dengan banyaknya siswa, dan (3) untuk menutupi kekurangan guru pembimbing, tidak jarang kepala sekolah mengangkat guru-guru mata pelajaran (yang jam pelajarannya kurang) menjadi guru pembimbing.
c.       Pengangkatan guru mata pelajaran menjadi guru pembimbing di satu sisi memberikan impresi positif bagi penyelenggaraan program BK di sekolah, karena ada kepedulian kepala sekolah terhadap program BK. Namun di sisi lain kebijakan tersebut memberikan dampak yang kurang baik bagi profesi bimbingan-bimbingan dan konseling itu sendiri, karena dilakukan oleh orang-orang yang tidak memiliki keahlian tentang BK. Program BK dianggap sebagai kegiatan pelengkap di sekolah yang tidak perlu dilakukan secara profesional, karena siapupun bisa melaksanakannya.
d.      Meskipun bimbingan dan konseling dipandang sebagai kegiatan profesional, namun secara hukum  belum terproteksi oleh standar kode etik yang kokoh, yang memberikan  jaminan bahwa hanya lulusan pendidikan konselor lah yang bisa mengemban tugas atau memberikan  layanan bimbingan dan konseling.
e.       Bimbingan dan konseling masih belum familier di kalangan masyarakat. Popolaritasnya masih terbatas dalam komunitas tertentu, dan di lingkungan (yaitu sekolah) yang seyogianya sudah akrab dan apresiatif terhadap BK, masih ada yang belum memahami secara tepat dan bahkan menaryh citra negatif terhadap BK.
f.       Masih ada kepala sekolah yang belum memahami secara tepat program bimbingan dan konseling di sekolah, sehingga akhirnya mereka memberikan tugas kepada guru pembimbing yang mismatc, tidak profesional, tidak sesuai dengan peran yang sebenarnya. Sering guru pembimbing diberi tugas dengan kegiatan-kegiatan yang bersebrangan secara diametral dengan tugas yang sebenarnya, seperti yang ditugaskan untuk menghukum para siswa yang sering kesiangan atau membolos, atau menangani para siswa yang melanggar tata tertib.Kondisi ini sangat tidak kondusif bagi profesi konselor, karena dapat meruntuhkan citra dan martabat koselor yang dikalangan siswa. yang seharusnya konselor menjadi manusia panutan yang diesenangi , dipercaya, dan disegani oleh siswa, malah sebaliknya siswa menjadi takut, dan merasa tidak senang dengan adanya konselor. Akhirnya  program bimbingan dan konseling di Sekolah tidak berjalan sebagaimana diharapkan.
g.      Citra bimbingan dan konseling semakin diperburuk dengan masih adanya guru pembimbing yang kinerjanya tidak profesional. Merteka masih lemah dalam (a) memahami konsep-konsep bimbingan secara komprehensif, (b) menyusun program bimbingan dan konselin, (c) mengimplementasikan teknik-teknik bimbingan konseling, (d) kemampuan berkolaborasi dengan pimpinan sekolah atau guru mata pelajaran, (e) mengelola bimbingan dan konseling, (f) mengevaluasi program (proses dan hasil) bimbingan konseling, dan melakukan tindak lanjut (follow up) hasil evaluasi untuk perbaikan atau pengembangan program dan (g) penampilan kualitas pribadinya, yaitu mereka dinilai masih kurang kooperatif dan kolaboratif.
h.      LPTK yang menyelenggarakan pendidikan bagi calon guru pembimbing masih belum memiliki kurikulum yang mantap untuk melahirkan konselor-konselor yang profesional.


BAB III
KESIMPULAN

Perlunya bimbingan konseling berfungsi sebagai pemantau masalah-masalah siswa yang berkaitan tentang masalah kelainan tingkah laku dan adaptasi. Sulitnya salah satu siswa untuk bergaul dan cenderung mengasingkan diri dari teman-temannya memiliki akar permasalahan yang biasanya beruntun.
Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dalam keseluruhan sistem pendidikan khususnya di sekolah; guru merupakan salah satu pendukung unsur pelaksana pendidikan yang mempunyai tanggung jawab sebagai pendukung pelaksana layanan bimbingan pendidikan di sekolah, dituntut untuk memiliki wawasan yang memadai terhadap konsep-konsep dasar bimbingan dan konseling di sekolah.
Faktor-faktor yang melatarbelakangi muncul dan diperlukannya bimbingan dan konseling :
1. Latar Belakang Psikologis
2. Latar Belakang Sosial Budaya
3. Latar Belakang Agama
4. Latar Belakang Pendidikan
5. Latar Belakang Perkembangan IPTEK



 nafi ahmed write

No comments:

Post a Comment