BAB I
PENDAHULUAN
PENGEMBANGAN PROG BK KARIR
BERBASIS GENDER DAN KELINTAS BUDAYAAN (MULTY
CULTURAL)
A. LATAR BELAKANG
Bimbingan
karir sebagai suatu proses membantu pribadi untuk mengembangkan penerimaan
kesatuan dan gambaran diri serta peranannya dalam dunia kerja. Menurut batasan
ini, ada dua hal penting, pertama proses membantu individu untuk memahami dan
menerima diri sendiri, dan kedua memahami dan menyesuaikan diri dalam dunia
kerja. Bimbingan karir merupakan salah satu bentuk layanan dalam membantu siswa
merencanakan karirnya. Faktor-faktor yang mendukung perkembangan diri tersebut
misalnya informasi karir yang diperoleh siswa dan status sosial ekonomi orang
tua. Tujuan bimbingan karir adalah membantu siswa dengan cara yang sistematis
dan terlibat dalam perkembangan karir. Guru pembimbing hendaknya dapat membantu
siswa merencanakan karirnya sesuai dengan kemampuan, bakat dan minat yang
dimilikinya. Secara essensial bimbingan karir merupakan salah satu proses
layanan yang bertujuan membantu siswa dalam proses pemahaman diri, pemahaman
nilai-nilai, pengenalan lingkungan, hambatan dan cara mengatasinya serta
perencanaan masa depan baik gender ataupun kelintas budayaan. Terdapat konvergensi dalam definisi
konseling karir, sebuah proses yang mungkin diawali dengan penerimaan gagasan
Super (1980) yang berhubungan dengan sifat interaktif peranan kehidupan. Pada
tahun 1991, Linda Brooks dan saya (Brown dan Brooks, 1991) mendefinisikan
konseling karir sebagai sebuah proses yang bertujuan untuk memberikan fasilitas
pada perkembangan karir dan mungkin melibatkan pemilihan, pemasukan,
penyesuaian, atau kemajuan dalam sebuah karir. Kita mendefinisikan permasalahan
karir sebagai keragu-raguan yang berkembang karena terlau sedikitnya informasi,
keragu-raguan yang tumbuh karena kebimbangan pilihan; ketidakpuasan pada
performa pekerjaan; ketak sejenisan antara orang dan peranannya dalam
perkerjaan; dan ketak sesuaian antara peranan dan peranan kehidupan lain,
seperti keluarga atau waktu luang. The National Career Development Association
(NCDA, 1997) menerapkan sebuah definisi yang sama namun lebih sederhana.
Organisasi ini mendefinisikan konseling karir sebagai sebuah ‘proses membantu
seseorang dalam perkembangan sebuah kehidupan karir dengan sebuah focus pada
definisi peranan pekerja dan bagaimana peranan tersebut berinteraksi dengan
peranan kehidupan yang lainnya’ (hal.2). sebagian besar isinya, definisi ini
merefleksikan posisi yang diambil oleh Gysber, Heppner, dan Johnston (2003);
Admunson (2003); dan para ahli teori postmodern lainnya yang mungkin mengambil
permasalahan dengan gagasan yang lengkap dalam definisi karena mereka terlihat
menganggap bahwa terdapat batasan yang muncul diantara dan ditengah-tengah
peranan kehidupan, sebuah anggapan yang akan menjadi tidak konsisten dengan
pandangan perspektif holistic mereka.
Mekanisme
konseling karir, termasuk pendekatan pada hubungan, penilaian, dl, berbeda-beda
berdasarkan pada teori yang diterapkan. Gysber dkk (2003) mengembangkan sebuah
taksonomi tugas-tugas yang muncul dalam konseling karir secara simultan dengan
proses pengembangan sebuah perserikatan kerja. Tugas ini termasuk
mengidentifikasi permasalahan yang disajikan; menyusun hubungan konseling;
mengembangkan sebuah ikatan konselor-klien; mengumpukan informasi mengenai
klien, termasuk informasi personal dan pengendalian kontekstual; pengaturan
tujuan; seleksi intervensi; pengambilan tindakan; dan evaluasi hasil. Seperti
yang akan ditunjukan nanti, model konseling multikultural digarisbesarkan pada
bab ini menerima sebagian besar gagasan yang berhubungan dengan struktur
konseling karir ini dengan perubahan kecil.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Peran Jenis Gender
Peran gender seringkali telah menilai terhadap jenis kelamin seseorang.
Masyarakat menghendaki agar jenis tugas atau pekerjaan tertentu dilakukan oleh
jenis kelamin tertentu. Memang baik diakui atau tidak, jenis kelamin
kadang-kadang menentukan seseorang. Menurut
Santrok dalam memilih karir pekerjaan seorang perempuan mungkin akan
mengambil karir yang dapat dijalaninya, tanpa banyak hambatan dengan peran
jenis gendernya, misalnya sekretaris, dokter anak, psikolog anak, guru atau
dosen, penungguatau penjaga toko dan sebagainya. Demikian pula sebaliknya
seorang laki-laki akan memilih faktor yang sesuai dengan dirinya misalnya
tentara, polisi, hakim, jaksa dan lain sebagainya.
Rentangan
diskursus dan persoalan gender di dunia hampir setua peradaban manusia itu
sendiri. Perbincangan gender itu sendiri hampir-hampir tidak dapat dilepaskan
begitu saja dari wacana kebudayaan dan peradaban manusia. Mendiskusikannya
lebih lanjut, artinya sama saja berdiskusi tentang filsafat eksistensial
manusia, struktur sosial dan tipikal kebudayaan masyarakat, serta dinamika
psikologis dalam diri dan antarpribadi (intrapersonal and interpersonal
dynamics). Dengan demikian, tidak ada satu cabang ilmu humaniora manapun
yang tidak dapat melepaskan diri dari kajian-kajian tentang gender.
Konsep gender adalah suatu konstruksi sosial yang mengatur hubungan
pria dan wanita yang terbentuk melalui proses sosialisasi. Konstruksi sosial
itu mengalokasikan peranan, hak, kewajiban serta tanggung jawab pria dan wanita
dalam fungsi produksi dan reproduksi. Dengan kata lain, terminologi gender
merujuk pada sifat yang melekat pada wanita maupun pria sebagai hasil
konstruksi secara sosial dan budaya setempat.
Jika
seks dianggap sebagai sesuatu yang berhubungan dengan aspek-aspek biologis
seseorang yang melibatkan karakteristik perbedaan laki dan perempuan
berdasarkan kromosom, anatomi reproduksi, hormon, dan karakter fisiologis
lainnya. Sedangkan gender melibatkan aspek-aspek sosiokultural yang dilekatkan
pada laki-laki dan perempuan, yaitu apa yang didefinisikan masyarakat sebagai
maskulinitas dan femininitas. Simbol-simbol yang dilekatkan itulah yang disebut
sebagai pembedaan gender. Dalam batas perbedaan yang paling sederhana, seks
dipandang sebagai status yang melekat/bawaan dan gender sebagai status yang
diterima/diperoleh (Lindsey, 1994).
Menurut Dzuhayatin dan Fakih (Soemandoyo, 1999) bahwa jenis kelamin
sebagai fakta biologis seringkali dicampuradukkan dengan gender sebagai fakta
sosial dan budaya. Laki-laki dan perempuan selalu diletakkan dalam dua kutub
yang sama sekali berlawanan. Yang hampir selalu terjadi adalah perempuan
diletakkan dalam kutub pelengkap (hal-hal yang tidak dimiliki laki-laki
sehingga dapat dilengkapi perempuan) atau negatif. Laki-laki lebih sering
ditampilkan sebagai sosok yang besar, agresif, prestatif, dominan-superior,
asertif dan memiliki mitos sebagai pelindung. Sebaliknya, perempuan digambarkan
sebagai sosok yang berpenampilan fisik lebih kecil, lembut, halus, pasif, dan
inferior, cenderung mengalah. Nampak sekali bahwa pemahaman itu didasari atas
pola pikir androsentris, male biased, dan patriarki yang tumbuh subur dalam
masyarakat. Studi eksplorasi tentang stereotipe gender yang dilakukan oleh
William dan Best selama rentang tahun 1982, 1990, dan 1992 (Smith dan Bond,
1994) di tiga puluh kebudayaan yang berbeda mengindikasikan bahwa seratus
mahasiswa laki-laki dan perempuan di tiap-tiap negara tersebut membuat semacam
konsensus peran gender yang berbeda. Ternyata, laki-laki meyakini memiliki
tipikal sifat yang tinggi dalam hal dominasi, otonomi, agresi, suka menonjolkan
diri, prestasi tinggi, dan ketahanan mental yang luar biasa. Sementara para
wanita justru sebaliknya, yaitu yakin bahwa self-preference yang tinggi
justru terdapat pada rasa rendah diri (abasement), afiliasi, rasa
hormat, dan dalam hal penyapihan atau pengasuhan anak. Walaupun demikian,
William dan Best menegaskan bahwa derajat konsensus yang tinggi lebih banyak
muncul pada struktur budaya kolektif, sementara pada struktur budaya
individualis seperti halnya di negara barat, derajat konsensus stereotipe
gender cenderung rendah dan menurun. Oleh karenanya, mereka menyimpulkan bahwa
terdapat korelasi yang kuat antara individualisme dan rendahnya konsensus
tentang stereotipe gender.
Bercermin pada temuan-temuan tersebut, tidak dapat disangkal lagi bahwa
beberapa aspek citra baku gender merupakan pencerminan distribusi perempuan dan
laki-laki ke dalam beberapa peran yang dibedakan. Proses pembentukan citra ini
muncul seiring dengan perubahan zaman. Pada zaman dahulu, dengan prinsip the
survival of the fittest, proses fisik menjadi prasyarat bagi penguasaan struktur
sosial. Sebagai akibatnya, perempuan yang secara fisik tidak memiliki kemampuan
dan sosok sebagaimana dipunyai laki-laki menjadi termarjinalisasi dari sektor
persaingan budaya. Hampir seluruh aspek kehidupan sosial lebih banyak
merefleksikan kelaki-lakian/maskulinitas (Soemandoyo, 1999).
Pandangan-pandangan stereotipe tersebut pada akhirnya menjadi akar
masalah ketidakadilan gender dan perlakuan diskriminatif terhadap perempuan.
Ketidakadilan gender itu sendiri dapat menjelma dalam proses marjinalisasi
(kondisi terpinggirkan), subordinasi (posisi diri selalu dibawah dan tidak
berdaya), bertambahnya beban kerja tidak hanya sekedar di sektor domestik
tetapi juga sektor publik, serta fenomena kekerasan terhadap perempuan, seperti
pelecehan, perkosaan, penganiayaan, dan lain-lain.
Sebagai contoh, dalam hal pilihan karir saja,
terdapat perbedaan dan bias yang cukup tinggi antara laki-laki dan wanita
sebagai konsekuensi dari stereotipe peran wanita dalam ruang lingkup
tradisional (Gati, Givon, dan Osipow, 1995). Kebanyakan
perempuan hanya berkutat pada sektor-sektor tradisional dan bertahan pada level
kerja serta level kompensasi gaji yang terlalu rendah. Untuk fenomena Indonesia
sendiri, problem tenaga kerja wanita juga menarik untuk dikaji secara serius. Pada
dekade tahun 1980-an, terdapat beragam kajian-kajian tematik yang membahas
fenomena kemiskinan dan perempuan bekerja. Beberapa data menunjukkan
(Soetrisno, 1993) bahwa sebagian besar kaum perempuan yang terkategori miskin
baik di wilayah urban maupun rural telah bekerja dan terus mencari peluang
kerja demi pemenuhan kebutuhan dasar (subsisten). Ada yang bekerja sebagai
buruh tani, buruh perkebunan, pedagang kecil, pengrajin, pelacur jalanan,
pembantu rumah tangga, buruh pabrik, dan pekerja migran. Bahkan, kebanyakan
mereka diindikasikan telah terugikan baik secara ekonomi maupun sosial, yaitu
terperangkap dalam proses yang cenderung memarjinalisasikan, mengkooptasi, dan
mengeskploitasi mereka.
Studi tentang curahan waktu kerja di pedesaan
menunjukkan bahwa jam kerja perempuan lebih panjang dari laki-laki. Kondisi ini
terjadi karena perempuan selain melakukan pekerjaan domestik juga melakukan
pekerjaan mencari nafkah (White, 1976). Beban ganda bukanlah satu-satunya
penyebab kaum perempuan terisolasi dari proses pembangunan, namun tampaknya
lebih dikarenakan kebijakan pembangunan itu sendiri tidak berpihak pada kaum
perempuan. Program-program pembangunan untuk perempuan sarat dengan bias
ideologi gender, seperti program kesehatan untuk Balita, keterampilan menjahit,
program Dharma Wanita, 10 program PKK, dan lain-lain.
B. Perbedaan Jenis Kelamin
dalam Minat
Perbedaan
jenis kelamin dalam minat telah diteliti dalam sejarah pengukuran minat, dan
hasil dari penelitian ini telah menuntut perkembangan inventori. Pria dan wanikta mencatat tingkat-tingkat
minat yang berbeda dalam beberapa hal khususnya wanita mengekspresikan minat
artistik dan sosial, sementara pria lebih mengekspresikan minat realistis dan
investigatif.
C. Perbedaan Budaya dalam
Minat
Hubungan
antara minat dengan budaya telah diamati seringnya dengan melihat secara
statistik pada hubungan antara tipe minat Holland terhadap kelompok
suku-ras. Beberapa penelitian berskala
besar memperlihatkan bahwa interkorelasi antara keenam tipe cocok dengan model
lingkaran Holland untuk peserta Afrika Amerika, Asia Amerika, Amerika Asli,
Meksiko Amerika, dan Kaukasia. Hal ini
memberi kesan bahwa inventori berdasarkan model RIASEC Holland memiliki
validitas untuk populasi yang berbeda. Namun, penggunaan inventori minat dengan
klien yang berbeda ras, suku, dan budaya, mungkin dapat meningkat jika para
konselor berusaha untuk memahami nilai-nilai dan perilaku dari budaya lain dan
sadar akan nilai-nilai mereka sendiri sama seperti stereotype dan prasangka
yang mungkin ada.
beberapa nasehat yang berhubungan dengan pembuatan
nilai yang tidak diberitahukan mengenai budaya dari seorang individu telah
diluncurkan. Namun, pertimbangkan situasi ini. Duduk di dalam kantor anda, anda
mencatat bahwa anda mempunyai janji dengan Lawrence Singh. Anda tahu bahwa
Lawrence Singh adalah nama yang sangat wajar di India, sama halnya dengan Smith
di Amerika serikat. Namun, nama pertama yang eurosentris, Lawrence, menyarankan
kemungkinan bahwa keluarganya telah terakulturasi dan mengadopsi nilai-nilai
eurosentris. Jika anda akan sensitif secara budaya, apa yang anda lakukan?
Saran di sini adalah bahwa anda memperlihatkan dilemma anda pada Lawrence,
mungkin dimulai dengan, “saya tertipu dengan nama anda”. Singh adalan nama yang
wajar di Asia dan Lawrence jelas sekali merupakan nama orang Amerika. Ceritakan
pada saya bagaimana hal tersebut bisa terjadi?”. Skenario lainnya mungkin bahwa
anda duduk di kantor anda dan seorang nenek mucul dengan seorang siswa yang
nama belakangnya adalah Ho. Jelas bahwa dia ingin duduk dalam sebuah konferensi
untuk membahas pilihan karir tuan Frederick Ho, and mungkin ingin menanyakan
dua pertanyaan. Yang pertama berhubungan dengan siapa yang akan menjadi
pengambil keputusan. Dalam banyak budaya keluarga membuat keputusan karir dan
sang nenek mungkin mewakili keluarga; jadi, anda mulai “saya sadar bahwa pada
banyak keluarga keturuan Asia Amerika keluarga memilih pekerjaan untuk
anak-anak mereka. Sebelum kita mulai, saya ingin menghargai jika anda mau
membantu saya memahami siapa yang akan mengambil keputusan dalam permasalahan
tuan Frederick.” Anda mungkin juga memuji sang nenek karena kemauannya untuk
berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan pemilihan karir dan
menanyakan jika pada kenyataannya dia mewakili keluarga. Sangatlah penting jika
keluarga menjadi pengambil keputusan yang tidak disarankan konselor karena akan
lebih sesuai jika Frederick mengambil keputusannya karirnya sendiri.
Terdapat alat lain untuk menentukan afiliasi budaya
-misalnya, bahasa yang digunakan dirumah, kebiasaan, dan tradisi yang diteliti,
afiliasi budaya teman-temannya, afiliasi budaya orang tuanya, dan bagian
komunitas di mana klien bertempat tinggal – tidak ada yang sangat tepat
(Garrett dan Pichette, 2000; Thomason, 1995). Wawancara konseling karir yang
pertama mungkin harus berfokus pada variabel ini jika ketidak tentuan mengenai
afiliasi budaya muncul pada diri klien.
Salah satu gambaran yang paling kuat pada bagaimana
ketaksensitifan dalam komunikasi dapat muncul disajikan oleh Basso (1979) dalam
sebuah vignette yang melibatkan seorang lelaki kulit putih dan seorang lelaki
dari suku Apache. Si lelaki kulit putih menyapa si Apache dengan sebuah pukulan
ringan di punggung. “hallo, kawan. Bagaimana kabarnya? Baik-baik saja kan?” mereka
melanjutkannya di rumah si kulit putih dan si kulit putih berkata, “lihat siapa
ini; ini adalah si orang kecil. Masuk dan duduklah. Kamu lapar?” kemudian
melihat si orang kecil, si kulit putih melanjutkan. Dari keseluruhannya
terdapat delapan kesalahan dalam komunikasi lintas budaya dalam percakapan ini.
Menggunakan istilah kawan dianggap sebagai kelancangan dan,oleh karena itu,
tidak sesuai. Menyakan kabar seseorang mungkin menyebabkan penyakit menurut
kepercayaan beberapa orang Apache. Si kulit putih mungkin menganggapnya
basa-basi karena ingin menyuruh untuk “duduk”. Mengulang sebuah pertanyaan
terlihat kasar bagi banyak suku Apache. Orang tersebut mungkin terlihat bodh
karena kelunya lidahnya. Membuat kontak mata langsung dianggap agresif dalam
budaya Apache dan banyak lagi lainnya. Akhirnya, menyentuh masyarakat dianggap
tidak sopan oleh banyak anggota suku Apache, seperti halnya menggunakan nama
asli Amerika tanpa menanyakan apakah hal tersebut tepat atau tidak. Dengan
jelas, lelaki kulit putih dalam percakapan ini tidak menganggap perlunya untuk
mengubah gaya berkomunikasinya sehingga dapat diterima oleh suku Apache.
dalam memfasilitasi pengambilan keputusan karir adalah
menentukan siapa yang akan membuat keputusan. Langkah selanjutnya adalah untuk
menentukan harapan konselor pada pengambil keputusan dan harapan konselor
terhadap klien dan keluarganya. Jika keluarga atau kelompok yang akan mengambil
keputusanm mereka mungkin menginginkan informasi yang lebih mengenai kesempatan
pendidikan, sumber keuangan, dan kesempatan bekerja. Mereka tidak mungkin
meminta bantuan dalam menilai sifat siswa, namun konselor karir mungkin ingin
untuk menanyakan apakah mereka telah mempertimbangkan kemampuan mereka,
ketertarikan mereka, dan nilai-nilai mereka. Saya telah mewawancarai sejumlah
orang yang memiliki keputusan awal karir yang dibuat untuk mereka, dan jarang
yang merupakan ketertarikan atau bakat mereka disamping bakat akademik yang
dipertimbangkan dalam proses ini. Prestis pekerjaan terlihat semakin menjadi perhatian
yang semakin besar bagi orang tua yang membuat keputusan ini.
Satu masalah yang hampir tidak dapat dielakkan bagi para konselor karir melibatkan percekcokan antara para orang tua dan anak-anak mereka tentang siapa yang akan membuat pilihan karir. Seseorang yang telah menyesuaikan diri dengan lingkungan mungkin akan memberontak ketika orang tua mereka memberitahukan pilihan mereka tentang karir, dan para siswa dan para orang tua mungkin akan berkonsultasi dengan konselor karir untuk mendapatkan bantuan. Para konselor karir yang secara normal melibatkan para para orang tua dalam pilihan tentang pekerjaan manakala para orang tua percaya bahwa mereka telah tidak dihormati.
Satu masalah yang hampir tidak dapat dielakkan bagi para konselor karir melibatkan percekcokan antara para orang tua dan anak-anak mereka tentang siapa yang akan membuat pilihan karir. Seseorang yang telah menyesuaikan diri dengan lingkungan mungkin akan memberontak ketika orang tua mereka memberitahukan pilihan mereka tentang karir, dan para siswa dan para orang tua mungkin akan berkonsultasi dengan konselor karir untuk mendapatkan bantuan. Para konselor karir yang secara normal melibatkan para para orang tua dalam pilihan tentang pekerjaan manakala para orang tua percaya bahwa mereka telah tidak dihormati.
D. Mengapa Karir
Penting
Perempuan,
seperti laki-laki, perlu berbagai sumber utama kepuasan dalam hidup mereka
seperti pernah dinyatakan oleh Freud, yang secara psikologis welladjusted
manusia dapat "untuk mencintai dan untuk bekerja" secara efektif.
Kedua wanita dan laki-laki membutuhkan kepuasan hubungan interpersonal, dengan
keluarga dan / atau teman-teman, tetapi juga kepuasan prestasi di dunia luar.
Kita sekarang memiliki bukti penelitian bahwa perempuan, seperti laki-laki,
harus menggunakan bakat mereka dan
kemampuan dan bahwa peran ganda yang penting bagi orang-orang psikologis kesejahteraan.
E. Pemanfaatan Kemampuan
Penelitian
telah menunjukkan bahwa pemenuhan potensi individu untuk pencapaian sangat
penting. Walaupun peran ibu rumah tangga dan ibu sangat penting dan sering
sangat memuaskan, mereka tidak memperbolehkan sebagian besar perempuan untuk
memenuhi pembangunan kemampuan mereka yang unik dan bakat. Ini, lebih tepatnya,
harus dipenuhi melalui mengejar karir atau relawan dan kegiatan hobi, sama
seperti mereka pada pria. Ini bukan untuk diskon pentingnya anak-anak tetapi
hanya dengan insufisiensi sebagai jawaban seumur hidup masalah realisasi diri.
Bahkan jika seorang wanita menghabiskan sejumlah kreatif tahun membesarkan
anak-anak, anak-anak ini mau tidak mau tumbuh dewasa dan memulai kehidupan
mereka sendiri, hidup itu haruslah menjadi semakin mandiri dari rumah orangtua.
Bukti kuat bahwa ibu rumah tangga yang tidak memiliki outlet lain untuk
prestasi dan produktivitas sangat rentan terhadap tekanan psikologis, terutama
sebagai anak-anak tumbuh dan meninggalkan rumah.
Penelitian
awal pada hubungan antara status perkawinan dan kesehatan psikologis
menyimpulkan bahwa individu-individu yang paling sehat adalah menikah laki-laki
dan satu perempuan, sedangkan perempuan yang sudah menikah terutama berada di
risiko tinggi untuk psikologis. Namun, itu tampaknya tidak akan perkawinan yang
merugikan perempuan penyesuaian psikologis, melainkan kurangnya bermakna
dibayar pekerjaan. Dalam studi ini, para wanita yang tidak dipekerjakan
diperhitungkan untuk yang lebih sering terjadi tekanan psikologis di antara
menikah perempuan. Ada beberapa hipotesis tentang mengapa peran ganda yang
bermanfaat bagi perempuan buat ekonomi ketika salah satu pasangan atau pasangan
menjadi pengangguran.
F. Keahlian Dibatasi
Kepentingan
Penggunaan
kemampuan dan minat karir langkah-langkah dalam penilaian dan konseling berasal
dari pencocokan atau sifat-faktor pendekatan konseling karir, basis dari
pendekatan ini adalah:
·
Orang-orang berbeda
dalam pekerjaan mereka berhubungan dengan kemampuan dan kepentingan.
·
Job
/ pekerjaan lingkungan yang berbeda dalam
persyaratan dan dalam jenis
·
kepentingan yang mereka
banding.
·
kesesuaian atau
kecocokan antara karakteristik individu dan karakteristik pekerjaan adalah
suatu pertimbangan penting dalam membuat pilihan karir yang baik.
Diantara variabel penting untuk
dipertimbangkan adalah kemampuan dan bakat sebagai termasuk dalam Theory of Work Adjustment dan kejuruan.
Pencocokan perspektif, tujuan penilaian adalah untuk membantu konselor dan
klien dalam menghasilkan pendidikan atau pilihan karir yang mewakili orang yang
baik-lingkungan yang sesuai. Sementara model yang cocok telah didukung oleh
banyak penelitian empiris, kami juga telah menyadari bahwa proses pilihan
karier untuk beberapa kelompok orang. Sebagai contoh, penelitian telah
menunjukkan bahwa perempuan cenderung untuk underutilize
kemampuan mereka dalam memilih karier. Selain, perempuan dalam karir dan
kurangnya perwakilan perempuan di banyak didominasi laki-laki karier mungkin
karena sebagian untuk pembatasan bagaimana kepentingan kejuruan mereka
kembangkan.
G. Peran Ganda
Wanita sekarang ini mungkin tidak
melihat ini sebagai baik atau pilihan, tetapi banyak yang memperhatikan rencana
karier bagaimana mereka akan mengintegrasikan dengan ini rumah dan keluarga.
Sebaliknya, banyak orang merencanakan karir mereka tanpa perlu pengorbanan
tingkat pencapaian untuk menampung rumah dan keluarga mencatat bahwa
orang-orang mendamaikan tuntutan pekerjaan dan keluarga dengan "kembali ke
definisi tradisional ayah sebagai penyedia" Satu implikasi dirasakan
disebabkan oleh karier dan prioritas keluarga adalah bahwa wanita untuk siapa
suami dan anak-anak adalah prioritas tinggi cenderung aspirasi karir mereka,
relatif terhadap wanita lain dan untuk pria-pria. Wanita muda yang tertarik dalam
sains memilih untuk mengejar menyusui karena mereka pikir akan cocok dengan
baik dengan memiliki dan membesarkan anak-anak atau dengan menjadi tunggal dan motivasi
karir ini berbanding terbalik dengan komitmen rumah tangga. Wanita pilihan
tentang pekerjaan tetap terkait erat dengan keputusan mereka tentang keluarga;
demikian, peran keluarga perempuan pertimbangan membatasi investasi di dunia
kerja. Meskipun kami telah menyaksikan peningkatan besar partisipasi tenaga
kerja di kalangan wanita di semua kategori perkawinan dan orangtua, hubungan
perkawinan / status orangtua pencapaian karier, komitmen, dan inovasi masih
sangat kuat.
H. Hambatan Eksternal
Ekuitas
Hambatan diskriminasi
dan pelecehan seksual telah lama dibahas sebagai perempuan penting dalam upaya
untuk mencapai kesetaraan di tempat kerja. Meskipun diskriminasi gender
langsung melawan hukum, diskriminasi informal terus ada. Sebagai contoh,
meskipun perempuan mungkin diperbolehkan untuk kerja, hal itu mungkin menjadi
jelas bagi mereka, terang-terangan atau lebih halus, bahwa mereka tidak
diterima. Pesan mulai dari pelecehan verbal terbuka untuk sekadar diabaikan dan
tidak menerima dukungan sosial dari rekan kerja dapat membuat lingkungan yang
sangat tidak menyenangkan, dan kurang jelas bentuk diskriminasi dalam membayar,
promosi, dan perquisites dari pekerjaan mungkin ada juga. Pentingnya promosi
adalah berkaitan dengan keberadaan terus yang mengacu pada jumlah yang sangat
kecil perempuan di tingkat manajemen puncak. Hambatan berdasarkan sikap atau
organisasi bias, yang mencegah beberapa kelompok orang dari maju dalam sebuah
organisasi.
Lingkungan memusuhi
pelecehan mengacu terhadap kasus di mana karyawan tunduk pada sindiran seksual,
seksis atau seksual berorientasi komentar, menyentuh fisik, atau berorientasi
seksual poster atau kartun ditempatkan di area kerja. Masalah di sini adalah
tenaga kerja wanita membuat obyek seks di bekerja. Perempuan di sana untuk
mencari nafkah dan kemajuan karir mereka, dan pelecehan seksual serius dapat
mengganggu tujuan mereka. Meskipun pelecehan seksual tidak terbatas pada
laki-laki melecehkan perempuan-perempuan dapat mengganggu pria, dan pelecehan
seks sama juga dapat terjadi-sebagian. Atas dasar skala besar survei tenaga
kerja wanita, bahwa satu dari setiap dua akan dilecehkan selama kehidupan kerja
mereka.. Walaupun tanggapan pelecehan seksual berada di luar cakupan bab ini,
seksual pelecehan merupakan penghalang utama ekuitas perempuan di tempat kerja.
Penelitian menunjukkan penurunan dalam kepuasan kerja dan komitmen organisasi,
pekerjaan penarikan, peningkatan gejala kecemasan dan depresi, dan tingkat yang
lebih tinggi penyakit yang terkait dengan stres sebagai tanggapan terhadap
pelecehan seksual. Kesehatan mental serta isu-isu ekonomi dan serius bisa
kompromi kinerja dan kepuasan kerja. Lain dari kondisi yang terus-menerus
mempengaruhi ekuitas perempuan di tempat kerja dan kepuasan kerja mereka adalah
bahwa meskipun partisipasi tenaga kerja mereka telah meningkat secara dramatis,
bekerja di rumah mereka tidak berkurang. Walaupun beberapa peran ini, secara
umum, positif untuk kesehatan mental, gambar menjadi lebih kompleks ketika
perempuan diharapkan untuk memikul beban utama rumah tangga dan penitipan anak.
BAB III
PENUTUP
B. KESIMPULAN
Ada
bukti kuat bahwa perbedaan minat ini sebagian karena stereotip sosialisasi
gender karena anak laki-laki terkena jenis belajar kesempatan tumbuh dewasa
dibandingkan anak perempuan. Karena sosialisasi stereotip gender, gender tidak
belajar semua keterampilan yang diperlukan untuk berfungsi adaptif dan
menanggapinya. Pendidikan dan pilihan karir juga dapat terbatas karena dibatasi
kesempatan belajar (dan diinternalisasi stereotip) bukan karena kurangnya
kemampuan atau potensi. Pembatasan ini kesempatan belajar juga dapat, mengakibatkan
penurunan efektivitas diri harapan. Dengan demikian, pengembangan minat
menyempit dapat membatasi pilihan karir wanita.
DAFTAR
PUSTAKA
Gladding, Samuel, T. 2004. Counseling: A
Comprehensive Profession. Singapore:
Pearson Education Singapore Pte. Ltd.
Munandir.
Program Bimbingan Karier di Sekolah.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.
Shertzer, Bruce & Stone, Shelley, C. 1981. Fundamentals
of Guidance. Boston – USA. Houghton
Mifflin, Co.
Suherman AS, Uman, M.Pd. Konseling Karir (Sepanjang
Rentang Kehidupan). Program Studi Bimbingan dan Konseling. Sekolah
Pascasarjana. UPI
Winkel,
W.S. & Hastuti, M.M. Sri. 2004. Bimbingan dan Konseling Di Institusi
Pendidikan. Cetakan ketujuh.
Yogyakarta: Penerbit Media Abadi.
nafi ahmed write
Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
ReplyDeleteNama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut