Monday 6 February 2017

PEMANFAATAN KUISIONER DAN INFORMASI KARIER (KERJA)

BAB I
PENDAHULUAN
PEMANFAATAN KUISIONER DAN INFORMASI KARIER (KERJA)

A.      Latar Belakang
Keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara, fasilitator, dan instruktur (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 6). Masing-masing kualifikasi pendidik, termasuk konselor, memiliki keunikan konteks tugas dan ekspektasi kinerja. Standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor dikembangkan dan dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang menegaskan konteks tugas dan ekspektasi kinerja konselor.
Konteks tugas konselor berada dalam kawasan pelayanan yang bertujuan mengembangkan potensi dan memandirikan konseli dalam pengambilan keputusan dan pilihan untuk mewujudkan kehidupan yang produktif, sejahtera, dan peduli kemaslahatan umum.
Dalam penyelenggaraan layanan BK karier agar lebih tepat sesuai kebutuhan dan minat dari konseli/ klien maka dibutuhkan asesmen sebelum beranjak pada proses konseling karier yang lebih lanjut. Asesmen dapat berupa tes maupun kuesioner guna mendapatkan informasi atau data terkait karier konseli.
Kuesioner adalah instrumen bukan-standar yang sangat populer dan banyak orang pernah menghadapinya. Kuesioner tampaknya sudah menjadi bagian utama gaya hidup Amerika karena terus digunakan untuk mendata reaksi publik, mengumpulkan opini, memprediksi kebutuhan, dan mengevaluasi berbagai komoditas, jasa dan aktivitas. Popularitasnya terkadang sanggup menutupi pereduksian kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data jika digunakan untuk kelompok masyarakat umum lantaran penekanan biaya, namun dalam wilayah konseling, akurasinya bisa tetap terjaga.
Kuesioner dalam praktek konseling di Indonesia pun sudah mendapat perhatian namun ada pula yang belum memanfaatkannya dengan efektif dan efisien. Sehingga masih dibutuhkannya tambahan pengetahuan serta keterampilan dalam penyusunan serta penggunaannya agar kuesioner tersebut benar-benar menunjang kebutuhan yang ada.
Kebutuhan akan karier yang lebih baik bagi setiap individu mengharuskan mereka untuk lebih giat mencari informasi karier yang dapat berguna untuk pertimbangan ataau pedoman dalam menjalani kariernya. Informasi karier (kerja) inipun menjadi hal yang perlu mendapat perhatian dalam praktek BK karier, sehingga konselor sangat perlu mengetahui akan perkembangan informasi karier saat ini agar nantinya dapat disebarluaskan bagi yang berkepentingan maupun dalam praktek layanan BK karier itu sendiri.
Melihat akan kebutuhan tersebutlah, maka pemakalah berasumsi bahwa perlunya disusun suatu makalah yang membahas secara utuh terkait pemanfaaatan kuesioner dan informasi karier (kerja) khususnya dalam praktek bimbingan dan konseling karier.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, dalam makalah ini terdapat beberapa rumusan masalah yang akan dibahas. Adapun  rumusan masalah yang dimaksud ialah sebagai berikut:
1.    Apa definisi Kuisioner?
2.    Apa tujuan penggunaan Kuesioner?
3.    Apa saja prinsip dan pertimbangan dalam penyusunan dan penggunaan Kuesioner?
4.    Bagaimana prosedur penyusunan kuesioner?
5.    Bagaimana penggunaan kuesioner dalam konseling karier?
6.    Bagaimana penggunaan informasi karier dan informasi kerja?
7.    Apa saja peran Informasi dan Informasi apa saja yang dibutuhkan oleh konselor karier?
8.    Apa saja sumber-sumber informasi?
C.      Tujuan Pembuatan Makalah
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini diantaranya ialah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui definisi Kuisioner.
2.      Untuk mengetahui tujuan penggunaan Kuesioner.
3.      Untuk mengetahui prinsip dan pertimbangan dalam penyusunan dan penggunaan Kuesioner.
4.      Untuk mengetahui prosedur penyusunan kuesioner.
5.      Untuk mengetahui penggunaan kuesioner dalam konseling karier.
6.      Untuk mengetahui penggunaan informasi karier dan informasi kerja.
7.      Untuk mengetahui peran Informasi dan Informasi apa saja yang dibutuhkan oleh konselor karier.
8.      Untuk mengetahui sumber-sumber informasi.

BAB II
DASAR TEORI

A.  Kuesioner
1.    Definisi Kuesioner
Dalam kehidupan di masyarakat seringkali kita mendengar kata “kuis” dalam acara media televisi maupun radio atau dalam kegiatan akademisi (semacam ujian). Biasanya kuis diidentikkan dengan kegiatan pemberian sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh responden demi mendapatkan skor atau nilai yang merupakan reward atas pertanyaan yang berhasil dijawab dengan benar atau tepat.
Sedangkan kuesioner merupakan bahasa serapan dari kata dalam bahasa Inggris “questioner” yang berasal dari kata “question” yang berarti pertanyaan, soal, keraguan, usul. Tambahan imbuhan “er” dalam bahasa Inggris menunjukkan kata pelaku seperti halnya singer (penyanyi), teller (kasir), interviewer (pewawancara). Namun questioner lebih sebagai suatu alat atau benda (biasanya kertas) yang berisi sejumlah pertanyaan.
Dalam bahasa Indonesia kuisioner disebut pula dengan angket. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, angket berarti daftar pertanyaan tertulis mengenai masalah tertentu dengan ruang untuk jawaban bagi setiap pertanyaan.
Sugiyono (2013:142) menjelaskan kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Selain itu, kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa pertanyaan/pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos atau internet.
2.    Tujuan Penggunaan Kuesioner
Gibson dan Mitchell (2011:416) menjelaskan bahwa kuesioner memiliki banyak jenis penggunaan bagi konselor. Yang paling umum, kuesioner jelas menyediakan cara termudah mengumpulkan sejumlah besar informasi yang berguna untuk memahami klien. Di sisi lain, kuesioner termasuk teknik yang melibatkan partisipasi aktif klien sehingga memampukan klien memahami dirinya, minimal untuk kondisi tertentu. Yang lebih spesifik, kuesioner bisa dirancang untuk mengumpulkan jenis khusus informasi yang terkait kebutuhan khusus klien. Kuesioner juga bisa digunakan untuk dapat memvalidasi data lain yang sudah tersedia. Selain itu kuesioner dapat membantu mengidentifikasikan masalah yang dihadapi individu atau kelompok sebagai basis menetapkan tujuan program dan evaluasi sebagai basis penyempurnaan program.

3.    Prinsip dan Pertimbangan dalam Penyusunan dan Penggunaan Kuesioner
Uma Sekaran dalam Sugiyono (2013:142-143) mengemukakan beberapa prinsip dalam penulisan angket sebagai teknik pengumpulan data yaitu: prinsip penulisan,  pengukuran dan penampilan fisik.
a.       Prinsip Penulisan Angket
Prinsip ini menyangkut beberapa faktor yaitu: isi dan tujuan pertanyaan, bahasa yang digunakan mudah, pertanyaan tertutup terbuka-negatif positif, pertanyaan tidak mendua, tidak menanyakan hal-hal yang sudah lupa, pertanyaan tidak mengarahkan, panjang pertanyaan, dan urutan pertanyaan.
1)       Isi dan tujuan pertanyaan
Yang dimaksud di sini adalah, apakah isi pertanyaan tersebut merupakan bentuk pengukuran atau bukan? Kalau berbentuk pengukuran maka dalam membuat pertanyaan harus teliti, setiap pertanyaan harus skala pengukuran dan jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur variabel yang diteliti.
2)       Bahasa yang digunakan
Bahasa yang digunakan dalam penulisan kuesioner (angket) harus disesuaikan dengan kemampuan berbahasa responden. Kalau sekiranya responden tidak dapat berbahasa Indonesia, maka angket jangan disusun dengan bahasa Indonesia. Jadi bahasa yang digunakan dalam angket harus memperhatikan jenjang pendidikan responden, keadaan sosial budaya, dan “frame of reference" dari responden.
3)       Tipe dan bentuk pertanyaan
Tipe pertanyaan dalam angket dapat terbuka atau tertutup, (kalau dalam wawancara: terstruktur dan tidak terstruktur) dan bentuknya dapat menggunakan kalimat positif atau negatif. Pertanyaan terbuka, adalah pertanyaan yang mengharapkan responden untuk menuliskan jawabannya berbentuk uraian tentang sesuatu hal. Contoh: bagaimanakah tanggapan anda terhadap iklan-iklan di TV saat ini? Sebaliknya pertanyaan tertutup, adalah pertanyaan yang mengharapkan jawaban singkat atau mengharapkan responden untuk memilih salah satu alternatif jawaban dari setiap pertanyaan yang telah tersedia. Setiap pertanyaan angket yang mengharapkan jawaban berbentuk data nominal, ordinal, interval, dan ratio, adalah bentuk pertanyaan tertutup. Pertanyaan tertutup akan membantu responden untuk menjawab dengan cepat, dan juga memudahkan peneliti dalam melakukan analisis data terhadap seluruh angket yang telah terkumpul. Pertanyaan/pernyataan dalam angket perlu dibuat kalimat positif dan negatif agar responden dalam memberikan jawaban setiap pertanyaan lebih serius, dan tidak mekanistis.
4)       Pertanyaan tidak mendua
Setiap pertanyaan dalam angket jangan mendua (double-barreled) sehingga menyulitkan responden untuk memberikan jawaban. Contoh: Bagaimana pendapat anda tentang kualitas dan kecepatan pelayanan  KTP? Ini adalah pertanyaan yang mendua, karena menanyakan tentang dua hal sekaligus, yaitu kualitas dan harga. Sebaiknya pertanyaan tersebut dijadikan menjadi dua yaitu bagaimanakah kualitas pelayanan KTP? Bagaimanakah kecepatan pelayanan?
5)       Tidak menanyakan yang sudah lupa
Setiap pertanyaan dalam instrumen angket, sebaiknya juga tidak menanyakan hal-hal yang sekiranya responden sudah lupa, atau pertanyaan yang memerlukan jawaban dengan berpikir berat. Contoh: Bagaimanakah kinerja para penguasa Indonesia 30 tahun yang lalu? Menurut anda, bagaimanakah cara mengatasi krisis ekonomi saat ini? (kecuali penelitian yang mengharapkan pendapat para ahli). Kalau misalnya umur responden baru 25 tahun, dan pendidikannya rendah, maka akan sulit memberikan jawaban dari pertanyaan semacam itu.
6)               Pertanyaan tidak menggiring
Pertanyaan dalam angket sebaiknya juga tidak menggiring ke jawaban yang baik saja atau ke yang jelek saja. Misalnya: bagaimanakah kalau bonus atas jasa pelayanan ditingkatkan? Jawaban responden tentu cenderung akan setuju. Bagaimanakah prestasi kerja anda selama setahun terakhir? Jawabannya akan cenderung baik.
7)               Panjang pertanyaan
Pertanyaan dalam angket sebaiknya tidak terlalu panjang, sehingga akan membuat jenuh responden dalam mengisi. Bila jumlah variabel banyak sehingga memerlukan instrumen yang banyak, maka instrumen tersebut dibuat bervariasi dalam penampilan, model skala pengukuran yang digunakan, dan cara mengisinya. Disarankan empirik jumlah pertanyaan yang memadai adalah antara 20 s/d 30 pertanyaan.
8)               Urutan pertanyaan
Urutan pertanyaan dalam angket, dimulai dari yang umum menuju ke hal yang spesifik, atau dari yang mudah menuju ke hal yang sulit, atau diacak. Hal ini perlu dipertimbangkan karena secara psikologis akan mempengaruhi semangat responden untuk menjawab. Kalau pada awalnya sudah diberi pertanyaan yang sulit, atau yang spesifik, maka responden akan patah semangat untuk mengisi angket yang telah mereka terima. Urutan pertanyaan yang diacak perlu dibuat bila tingkat kematangan respon terhadap masalah yang ditanyakan sudah tinggi.

b.       Prinsip Pengukuran
Angket yang diberikan kepada responden adalah merupakan instrumen penelitian, yang digunakan untuk mengukur variabel yang akan diteliti. Oleh karena itu instrumen angket tersebut harus dapat digunakan untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel tentang variabel yang diukur. Sugiyono (2013:121) menjelaskan valid berarti instrumen dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur, sedangkan reliabel berarti instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.
Supaya diperoleh data penelitian yang valid dan reliabel, maka sebelum instrumen angket tersebut diberikan pada responden, maka perlu diuji validitas dan reliabilitasnya terlebih dulu. Instrumen yang tidak valid dan reliabel bila digunakan untuk mengumpulkan data, akan menghasilkan data yang tidak valid dan reliabel pula.
Arikunto (2010:269) mengatakan bahwa untuk memperoleh kuisioner dengan hasil yang mantap adalah dengan proses uji coba. Sampel yang diambil untuk keperluan uji coba haruslah sampel dari populasi dimana sampel penelitian akan diambil. Dalam uji coba, responden diberi kesempatan untuk memberikan saran-saran perbaikan bagi kuisioner yang diujicobakan itu. Situasi sewaktu uji coba dilaksanakan harus sama dengan situasi kapan penelitian yang sesungguhnya dilaksanakan.

c.        Penampilan Fisik Angket
Penampilan fisik angket sebagai alat pengumpul data mempengaruhi respon atau keseriusan responden dalam mengisi angket. Angket yang dibuat di kertas buram, akan mendapat respon yang kurang menarik bagi responden, bila dibandingkan angket yang dicetak dalam kertas yang bagus dan berwarna. Tetapi angket yang dicetak di kertas yang bagus dan berwarna akan menjadi mahal.
Sedangkan Gibson dan Mitchell (2011:418) memberikan empat pertimbangan dasar yang layak diperhatikan untuk merancang kuesioner yaitu sebagai berikut:
1)       Instruksi: Jelaskan tujuan instrumen dan berikan cara menyelesaikan kuesioner dalam kata-kata yang sejelas dan seringkas mung­kin.
2)       Rancangan item: Rancanglah item yang jelas, ringkas dan tidak rumit. Item mestinya hanya mengarah ke satu respons dan harus dinyatakan dengan suatu cara sehingga perespons tidak terhiaskan atau terpengaruh oleh pemikiran lain bagi caranya merespons. Item kuesioner mestinya disesuaikan dengan tingkat bahasa responden.
3)       Kandungan item: Pertanyaan mestinya dirancang untuk mengumpulkan beberapa jenis informasi yang tepat dengan tujuan asesmen instrumen. Namun, kehati-hatian harus ditingkatkan terkait sensitivitas sosial, perbedaan budaya atau informasi pribadi lain­nya. Contohnya, item-item seperti "Apakah Anda pernah berhubungan seksual sebelum menikah?", atau "Apakah Anda pernah berpikir untuk melakukan sebuah kejahatan?", mungkin dapat memunculkan kemarahan atau kecurigaan pada beberapa responden yang kemudian akan mengubah respons mereka terhadap keseluruhan kuesioner. Meskipun item kuesioner yang tidak ditandai boleh diberlakukan untuk topik yang sensitif, namun ia tidak punya nilai apa pun bagi proses konseling.
4)       Panjang kuesioner: Pertimbangan terakhir namun penting adalah kuesioner jangan terlalu panjang, atau terlalu pendek. Kuesioner yang terlalu panjang melemahkan niat responden menyelesaikannya, namun yang terlalu pendek akan menghilangkan kemung­kinan mengumpulkan data yang penting bagi proses konseling. Panjang kuesioner harus bisa memfasilitasi pengumpulan data penting, sangat baik jika dapat disesuaikan dengan tujuan kon­seling, yang untuk maksud ini kuesioner dirancang.
Ada hal lain pula yang perlu menjadi pertimbangan dalam penyusunan kuesioner serta penggunaannya yaitu terkait penentuan responden, pemberian nama responden dalam kuesioner dan cara penyebaran kuesioner. Arikunto (2010:268) mengatakan bahwa penentuan sampel sebagai responden kuesioner perlu mendapat perhatian jika memang data yang dibutuhkan cukup dengan perwakilan dari suatu populasi. Apabila salah mengambil sampel, informasi atau data yang dibutuhkan barangkali tidak akan diperoleh secara maksimal.
Pemberian nama responden pada kuesioner (angket) juga perlu dipertimbangkan. Arikunto (2010:269) mengatakan angket anonim (tanpa nama) memang ada kebaikannya karena responden bebas mengemukakan pendapat. Akan tetapi penggunaan angket anonim mempunyai beberapa kelemahan pula, yaitu:
1)   Sukar ditelusuri apabila ada kekurangan pengisian yang disebabkan karena responden kurang memahami maksud item.
2)   Tidak mungkin mengadakan analisis lebih lanjut apabila peneliti ingin memecah kelompok berdasarkan karakteristik yang diperlukan.
Arikunto menambahkan bahwa penelitian yang dilakukan oleh Francis J. Di Vesta memberikan gambaran hasil bahwa tidak ada perbedaan ketelitian jawaban yang diberikan oleh orang dewasa, baik yang anonim maupun yang bernama. Faktor-faktor yang mempengaruhi perlu tidaknya angket diberi nama adalah:
1)      Tingkat kematangan responden.
2)      Tingkat subjektivitas item yang menyebabkan responden enggan memberikan jawaban.
3)      Kemungkinan tentang banyaknya angket.
4)      Prosedur (teknik) yang akan diambil pada waktu menganalisis data.

Terkait penyebaran atau pemberian kuesioner (angket) kepada responden juga perlu diperhatikan. Sugiyono (2013:142) menjelaskan bila penelitian dilakukan pada lingkup yang tidak terlalu luas, sehingga kuesioner dapat diantarkan langsung dalam waktu tidak terlalu lama, maka pengiriman angket kepada responden tidak perlu melalui pos. Dengan adanya kontak langsung antara peneliti dengan responden akan menciptakan suatu kondisi yang cukup baik, sehingga responden dengan sukarela akan memberikan data obyektif dan cepat.

4.    Prosedur Penyusunan Kuesioner
Sebelum suatu kuesioner disusun, maka perlu melalui beberapa prosedur sebagai berikut (Arikunto, 2010:268):
a.       Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan kuesioner.
b.      Mengidentifikasikan variabel yang akan dijadikan sasaran kuesioner.
c.       Menjabarkan setiap variabel menjadi sub-variabel yang lebih spesifik dan tunggal.
d.      Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan, sekaligus untuk menentukan teknik analisisnya. 
5.      Penggunaan Kuesioner dalam Konseling Karier
Ada berbagai cara untuk bagaimana penggunaan yang tepat waktu dan sensitif kuesioner-kuesioner psikometrik dan kuesioner-kuesioner lain dapat membantu secara signifikan proses konseling karier. Nathan dan Hill (2012:137) mengatakan bahwa pendekatan semacam itu dapat berfungsi untuk : menyediakan sebuah kerangka kerja untuk dialog, meningkatkan kejelasan dan rasa percaya diri, membangkitkan insights personal baru, membantu perspektif-perspektif jangka panjang, mengurangi resiko pengambilan keputusan yang serampangan, dan membantu menjelaskan perilaku di tempat kerja di masa lalu.
Contoh kuesioner yang digunakan dalam konseling karier ialah kuesioner motivasi. Jim Barrett (2006:18) mengatakan bahwa kuesioner motivasi yang umum ialah kuesioner yang mencakup sebagian jenis pekerjaan di semua tingkat. Jika Anda sudah pribadi yang dewasa dan mungkin telah memiliki karir dengan tanggung jawab, mungkin sebagai manajer, Anda dapat diminta untuk menyelesaikan kuesioner yang dirancang khusus untuk para manajer Ketika Anda pergi untuk wawancara. 
B.  Informasi Karier (Kerja)
1.    Sistem Bantuan Karier Terkomputerisasi
Penggunaan komputer terus meningkat dengna cepat sembari memperoleh penerimaan publik yang semakin luas. Komputer, yang sudah populer dibidang bisnis, industri dan pendidikan tinggi, sekarang telah umum digunakan di sekolahan pada jenjang kelas berapapun, dan demam komputer rumahan akan terus berlanjut (Gibson, 2011: 503). Kepuasan anak-anak muda dengan komputer cukup menakjubkan, tercermin bukan hanya dari minat mereka pada games online atau offline, tetapi juga penggunaan internet dan sejumlah tambahan perangkat lunak dan keras untuk musik, kreasi gambar, kreaktivitas rancangan 3-D dan sumber rujukan pengetahuan terpercaya. Faktanya, anak muda AS sekarang sudah banyak yang melek-komputer, kendati harus menggunakan layanan komputer diperpustakaan bagi mereka di kelas ekonomi menengah kebawah. Minat siswa sdi semua usia pada komputer telah memberikan sekolah kesempatan tak terelakkan bagi penggunanya dalam motivasi dan pembelajaran. Potensi ini muncul bagi program konseling sekolah juga, khususnya untuk menyediakan informasi dan bantuan karier.
Penggunaan komputer di dalam program konseling dalam lingkup pendidikan bukan barang baru, sudah dimulai sejak 1960-an, namun pengenalan mikrokomputer ditahun 1970-an mempromosikan perubahan-perubahan utama selain juga kesempatan bagi penggunaan sistem biumbingan karier dibantu komputer. Keuntungan ekonomi dan teknis mikrokomputer terus menjadi stimulus utama penggunanya di lingkup sekolah untuk tujuan bimbingan konseling karier.
a.       Jenis Sistem Bantuan Karier Terkomputerisasi
Di bagian berikut, dua jenis sistem akan dibahas secara ringkas yaitu sebagai berikut:
1)      Sistem informasi
Sistem informasi umumnya dirancang untuk menyediakan bagi para pengguna skema penelusuran terstruktur bagi pekerja dan penyebaran informasi kerja dan pendidikan bagi pengguna. Langkah-langkah prosedural ini bisa digunakan secara terpisah atau secara berurutan. Dibagian awal, pengguna dapat menyelesaikan tugas atau menyediakan rating, bahkan skor tesnya, yang mengindikasi minat dan bakat sebagai basis untuk penelusuran komputer bagi pekerja yang sesuai. Di dalam proses penilaian informasi, pengguna dapat menilai informasi untuk terkait pekerjaan tertentu. Komputer bisa juga bisa diprogram untuk merespons pertanyaan khusus yang mungkin ditanyakan pengguna tentang pekerjaan.
Pengembangan sistem informasi banyak stimulasikan oleh dana yang disediakan oleh Depnaker AS dan Komite \Pengoordinasi Informasi pekerjaan Nasional yang memampukan negara memampukan ini sebagai sistem informasi karir skala federal. Banyak orang mengenal sistem ini sebagai sistem informasi karir/CIS (Carier Information System), menitik beratkan informasi lokal dan regional. Sistem informasi yang lain diidentifikasi sebagai sistem informasi bimbingan/ GIS (Guidance information system), menyediakan akses untuk beragam jenis data nasional terkait karir, peluang pendidikan dan layanan bersenjata. Beberapa sistem inventori minat juga tersedia sebagai pilihan. 
2)      Sistem bimbingan
Sistem bimbingan lebih luas cakupannya dan lebih instruktif ketimbang sistem informasi, menyediakan tambahan bagi penelusuran terorganisasi dan fungsi penyebaran sistem informasi modul-modul seperti penilaian diri, instruksi dalam pengambilan keputusan, dan perencanaan kedepan. Duanya saling populer adalah sistem Bimbingan Interaktif dan Informasi. SIGI (system of Interaktif Guidance and Information) yang sekarang sudah diperbaharui versinya sebagai SIGI PLUS dikembangkan dan dioasarkan lewat lembaga Educational Testing Secvice Protecton, New Jersey; dan Sistem DISCOVER yang dikembangkan oleh Joann Harris-Bowlsbey dan dipasarkan lewat Discover Inc. Di Hunt Valley, Maryland dan American College Testing Program.
Sistem SIGI dirandang awalnya untuk membantu siswa akademik, universitas dan individu dewasa di luar lingkup sekolah. Namun, sekarang SIGI diaplikasikan juga untuk siswa kelas 4 SD sampai individu dewasa diberbagai lingkup. SIGI PLUS terdiri dari 9 modul: (a) Pendahuluan (orientasi hingga prosesnya), (b) Assesment diri, (c) Penelusuran (kemungkinan pekerjaan yang disukai), (d) Informasi (terkait pekerjaan yang memungkinkan), (e) Ketrampilan, (f) Persiapan, (g) Pengentasan (memampukan individu mengerjakan yang diisyaratkan), (h) Memutuskan (pengambilan keputusan), dan (i) langkah-langkah berikutnya (membuat rencana menjadi tindakan nyata).
b.      Informasi Karier dan Internet
Internet memiliki sejumlah besar volume informasi tentang topik riset apapun. Berikut ini sejumlah situs Web yang berkaitan dengan kesadaran karier. Coba ingat-ingatlah alamat Webnya atau kalau perlu dicatat di buku tersendiri.  Dari setiap entri di mesin pencari internet, kita masih bisa menemukan banyak lagi situs lain yang menarik dalam Gibson, 2011: 506 (Cutshall, 2011: 32) :
About.com: Career Plainning,
Carrerplanning.about.com
America’s Career Info Net,
                        www.acnet.org/acinet
America’s Job Bank
                        www.ajb.dni.us
Best Jobs USA
                        www.bestjobsusa.com

Berikut ini adalah taksonomi konseling tahap tatap-muka dan konseling jarak jauh yang dibantu-teknologi:
Tabel Taksonomi Konseling Tahap Tatap Muka Dan Jarak Jauh
ü  Konseling Tatap Muka
v  Konseling pribadi
v  Konseling pasangan
v  Konseling kelompok
ü  Konseling Jarak Jauh Dibantu-Tekhnologi
v  Telekonseling
v  Konseling pribadi berbasis-telepon
v  Konseling pasangan berbasis-telepon
v  Konseling kelompok berbasis-telepon
ü  Konseling Internet
v  Konseling pribadi berbasis e-mail
v  Konseling pribadi berbasis-chating
v  Konseling pasangan berbasis-chating
v  Konseling kelompok berbasis-chating
v  Konseling pribadi berbasis-video
v  Konseling pasangan berbasis-video
v  Konseling kelompok berbasis-video
Sumber: National Board for Certified Counselors, Inc. Dan Center For Credentialing And Education ,Inc, the Practice Of Internet Counseling (2011: 2) © National Board For Certified Counselors And Afilliates, 3 Terrace Way, Suite D, Greensboro, NC 274033660

Pemberian konseling jarak jauh yang dibantu teknologi terus tumbuh dan berkembang sampai sekarang sering dengan kontroversi yang juga terus menguat atasnya. Di dalam kategori ini, konseling telepon juga sudah digunakan secara luas namun ia pun masih tidak luput dari kontroversi tersebut.
c.       Pertimbangan-Pertimbangan Etis
Pertumbuhan cepat penggunaan komputer dibanding konseling dan penggunaan di masa depan yang terus meningkat telah melontarkan pertanyaan etis tertentu terkait penggunaan komputer dalam konseling. Masalah potensial dalam kerahasiaan, kekeliruan interpretasi oleh klien terhadap tes dan data lain, dan kekurangannya interaksi konselor yang tepat dengan klien hanyalah satu dari sekian contoh prinsip-prinsip yang disarankan Sampson dan Pyle (1982: 285-286) tampaknya terus menjadi pedoman etis yang tepat ketika menggunakan sistem konseling, pengentasan dan bimbingan yang dibantu komputer, yaitu:
1)      Memastikan bahwa kerahasiaan data yang dikirim lewat komputer terbatas hanya kepada informasi yang tepat dan dibutuhkan bagi layanan yang disediakan.
2)      Memastikan bahwa kerahasiaan data yang dikirim lewat komputer dihancurkan setelah tidak lagi dibutuhkan bagi layanan konseling
3)      Memastikan bahwa kerahasiaan  data yang dikirim lewat kkomputer akurat dan menyeluruh.
4)      Memastikan bahwa akses kepada data terbatas dan hanya untuk profesional yang tepat dengan menggunakan program pengaman komuter yang terbaik.
5)      Memastikan bahwa mustahil bagi pihat-pihak yang tidak berkempetingan untuk mengidentifikasi individu pemilik data rahasia yang dikirimkan lewat komputer melalui sistem jaringan yang disediakan konselor.
6)      Memastikan bahwa format yang diisi partisipasi diterima oleh pihak-pihak yang berhak meniali, membimbing atau yang melakukan konseling.
7)       Memastikan perlengkapan dan program penskoran tes terkontrol-komputer berungsi dengan tepat sehingga menyediakan bagi individu hasil-hasil tes yang akurat.
8)      Memastikan bahwa interprestasi umum terhadap  hasil tes yang disajikan lewat peranti audiovisual terkontrol mikro-komputer secara akurat mencerminkan tujuan pembuatan tes.
9)      Memastikan kebutuhan klien sudah dinilai untuk menentukan sistem mana yang tepat untuk digunakan sebelum menggunakan sistem pengentasan, bimbingan atau konsleing yang dibantu komputer.
10)  Memastikan bahwa pengenalan bagi penggunaan sistem pengentasan, bimbingan dan konseling dibantu-komputer sudah tersedia untuk mengurangi kecemasan yang mungkin muncul terkait sistem, kesalahpahaman tentang peran komputer, dan kesalahpahaman tentang konsep dasar atau pengoprasian sistem
11)  Memastikan bahwa aktivitas tindak-lanjut yang menggunakan sistem pengentasan, bimbingan dan konseling dibantu-komputer sudah tersedia untuk mengoreksi kesalahpahaman, kesalahan konsep atau penggunaan tidak tepat lainnya ketika menilai kebutuhan klien.
12)  Memastikan bahwa informasi yang terkandung di dalam konseling karier dibantu-komputer dan sistem bimbingan yang akurat dan terbaru.
13)  Memastikan bahwa perlengkapan dan program yang mengoperasikan pengentasan,bimbingan dan  konseling yang dibantu komputer berfungsi dengan benar.
14)  Menentukan kebutuhan intervensi konselor tergantung pada kemungkinan bahwa klien akan mengalami sejumlah kesulitan yang pada gilirannya membatasi efektivitas sistem atau sebaliknya, malah memperburuk problem klien. Menjadi tanggung jawab konselor untuk menentukan apakah pendekatan terbaik yang bisa dilakukan untuk menghindari problem, dan jika ini tetap terjadi, penyelesaian terbaik selalu berupa intervensi langsung atau tidak langsung menyarankan klien membaca buku-buku panduan, latihan tertentu atau kalau perlu lewat telepon dan tatap muka.
Di tahun 1997, National Career Development Association (NCDA) mengesahkan NCDA Guidelines For The Internet For Provisiion Of Career Information And Planning Services. Tentunya kita harus berharap kalau perkembangan yang cepat di dalam teknologi komputer tidak mendorong “pengabaian pertimbangan” pertimbangan-pertimbangan yang cermat terhadap isu-isu etik yang terlibat. Konselor juga harus memiliki tanggung jawab etis untuk menyadari dan berusaha memenuhi kompetensi konseling karir seperti yang diidentifikasikan lewat NCDA. Kompetensi ini bisa dilihat dati wabesite NCDA (w.w.w.ncda.org). ini semua sangat signifikan bagi spesialisasi konseling karir atau yang deskripsi kerjaannya membutuhkan perhatian penting bagi kebutuhan karier klien-kliennya. 
2.    Informasi Karier
NCDA kemudian NVGA dalam Gladding (2012:405) mendefinisikan “informasi kerier sebagai informasi yang berhubungan dengan dunia pekerjaan yang dapat berguna dalam proses pengembangan karier, termasuk informasi pendidikan, jabatan, dan psikososial yang berhubungan dengan pekerjaan , seperti, pelatihan yang disediakan, sifat pekerjaan, dan status pekerjaan dalam berbagai jabatan.”(Sears dalam Gladding, 2012:405). Istilah yang lebih moderen untuk informasi karier adalah data karier yang artinya, “ sekumpulan fakta mengenai peluang jabatan dan pendidikan” (Niles & Harris-Bowlsbey dalam Gladding, 2012:405). Data menjadi informasi hanya jika “ dipahami oleh klien dan digunakan sebagai informasi dalam membuat keputusan, yaitu, membantu klien memilih satu alternatif  diantara berbagai alternatif lainnya.
Seperti telah didiskusikan pada bab sebelumnya, kata bimbingan biasanya berarti aktivitas yang berhubungan secara primer dengan pendidikan. Bimbingan karier mencakup semua aktivitas yang mencoba untuk menyebarkan informasi mengenai jabatan masa kini atau masa depan, sehingga orang-orang menjadi lebih tahu dan sadar mengenai siapa mereka dalam hubungannya dengan dunia pekerjaan. Aktivitas bimbingan dapat berwujud:
a.       Pameran karier (mengundang para praktisi dari sejumlah bidang untuk menjalankan tugas-tugas mereka).
b.      Tugas kepustakaan,
c.       Wanwancara lapan,
d.      Informasi pengalaman lewat komputer,
e.       “Bayangan “karier (mengikuti rutinitas pekerjaan sehari-hari seseorang).
f.       Pengajaran didaktik.
g.      Latihan pengalaman seperti bermain peran misalnya.
Bimbingan karir penyebaran informasi karir secara tradisional digambarkan sebagai aktivitas sekolah. Tetapi prosesnya lebih sering dilakukan diluar lingkungan kelas, misalnya, di lembaga pemerintahan, industri, perpustakaan, dan rumah-rumah atau dengan praktisi pribadi (Harris-Bowlsey dalam Gladding, 2012:405). Sejumlah sistem perencanaan karier berbasis komputer (CBCPSs) dan sistem bimbingan karir yang dibantu komputer (CACGS) menawarkan informasi karier dan membantu para individu untukmemilih nilai dan minat mereka, atau mencari informasi pekerjaan. Salah satu kelebihan sistem perencanaan dan bimbingan berbasis komputer dan dibantu komputer adalah, aksesnya tersedia di banyak tempat dan dapat digunakan oleh orang-orang yang berbeda lintas budaya dan usia.
3.    Menggunakan Informasi Kerja
Pada tahap proses konseling kerier ini, klien seharusnya sudah diinsyafkan dari gagasan bahwa konselor karier adalah “mak jomblang,” artinya seseorang yang akan mentranslasikan informasi tentang klien menjadi “jodoh karier” yang sempurna, dan yang tahu seluruh hal-ilwal pekerjaan yang dimaksud (dengan semua pekerjaan lainnya juga) (Nathan dan Hill, 2012:155). Akan tetapi, untuk membuat keputusan tentang rangkaian tindakan yang akan ditempuh, klien benar-benar membutuhkan informasi tentang berbagai opsi (misalnya, pendiidkan dan pelatihan, opsi-opsi karir yang terkait, berbagai peluang pekerjaan, jalur-jalur karier di dalam sebuah organisasi, alternatif untuk karir-karier tradisional). Klien membutuhkan informasi tentang apa yang ingin dilakukannya, (terkait minat, keribadian, dan nilai-nilai mereka) dan apa yang dapat dilakukannya (dengan kapabilitas, keterampilan, dan kualifikasi mereka). Informasi yang baik akan memungkinkan klien untuk mengakses dirinya sendiri dalam kaitnya dengan berbagai macam pilihan.
Banyak konselor karier merasa cemas tantang topik informasi pekerjaan. Hal ini dapat dipahami: ada begitu banyak informasi pekerjaan yang membingungkan, dengan beragam khualitas, diberbagai media, dan beraneka sumber. Dengan kemauan terbaik di dunia, benar-benar tidak mungkin untuk mengikuti informasi tentang semua kemungkinan karier. Aksesbilitas ke berbagai macam informasi di internet jelas mempermudah tugas riset baik bagi klien maupun konselor karier. Akan tetapi, tidak adanya kategorisasi berarti bahwa informasi semacam itu harus didekati dengan kerangka-kerja dan fokus yang jelas, (Nathan dan Hill, 2012:156).
Konselor karier seharusnya memiliki pengetahuan tentang bagaimana cara mengakses informasi. Seperti layaknya seorang praktisi umum, kadang-kadang perlu untuk merujuk klien ke” konsultan”, orang yang memiliki pengetahuan terperinci tentang karier tertentu. 
4.    Peran Informasi
Menurut Nathan dan Hill (2012:157) peran informasi sangat penting dan tepat guna ketika:
a.       Klien perlu mempertimbangkan realisme ide-ide mereka, dalam kaitannya dengan persyaratan masuk kerja (misalnya, apakah aku memenuhi syarat untuk berlatih sebagai seorang pengacara?”).
b.      Klien merasa terkendala di dalam sebuah pekerjaan (sebagai contoh,” apa lagi yang dapat dilakukan seorang guru selain mengajar?).”
c.       Klien memiliki ide-ide yang sempit dan ingin memeperluas cakrawalanya. (sebagai contoh,” aku selalu bekerja dengan binatang-apalagi karier-karier yang ada?)”
d.      Ide-ide klien didikte oleh gagasan glamor atau romantis (misalnya, “seperti apa sebenarnya bekerja di bidang industri perjalanan itu?”).
e.       Klien perlu mengembangkan keyakinan yang lebih besar tantang kecocokan sebuah pekerjaan sebelum memulai perlatihan (misalnya,” apakah fisioterapi cocok bagiku?)”
Membantu klien memepertimbangkan informasi yang mungkin sudah dimiliki klien, dan informasi mana yang mungkin bertindak sebagai penghalang untuk mempertimbangkan opsi-opsi lain. Latar belakang sosial-ekonomi individu bisa menjadi salah satu determinan kunci dari hal ini. 
5.    Membantu Klien Untuk Memunculkan Berbagai Opsi
Nathan dan Hill (2012: 158) menjelaskan bahwa banyak klien yang membutuhkan dukungan untuk memikirkan ide-ide yang “keluar dari kotak”. Kami menganggap sangat berguna untuk memberi klien latihan sebagai kerangka-kerja untuk memunculkan ide-ide awal sebelum sesi “curah pendapat” bersama. Klien didorong untuk menggunakan “job statisfiers” mereka dengan merangkum berbagai latihan untuk memfokuskan ide-ide mereka, tetapi tetap berpikir terbuka. Kami mendorong mereka untuk “memerhatikan” pekerjaan yang dilakukan orang-orang sekitar mereka, teman, tetangga, dan sispapun yang memiliki hubungan sehari-hari dengannya, dan melihat beberapa wabesite yang direkomdasikan dan direktori karier yang tepat guna. Kadang-kadang ada gunanya utnuk memberi klien sebuah klasifikasi karier, Seperti The Careers Library Classification Index (CLCI) yang digunakan dalam perpustakaan-perpustakaan kerier dan didalam direktori-direktori informasi pekerjaan. Yang lain adalah kategori-kategori Holland dalam Nathan dan Hill, 2012: 159 (Holland, 1983) yang sudah kami rujuk sebelumnya. Tema ini dapat memperluas ide-ide misalnya didalam CLCI, dengan melihat “banking” (Perbankan) akan membawa klien dimana informasi tentang karier-karier lain dibidang keuangan juga ditemukan.
Saran-saran untuk memunculkan berbagai opsi tentang karier adalah:
a.       Mengingat kenangan-kenangan ambisi awal ,
b.      Gambarkan situasi pekerkjaan ideal anda dan setelah itu lihat apa yang akan dipresentasikan,
c.       Lingkari ilkan, pekerjaan yang menarik.
d.      Buat daftar pekerjaan-pekerjaan setiap teman/saudara/tetangga yang anda kenal dan pilih enam yang memiliki daya tarik tertentu.
e.       Tandai pekerjaan-pekerjaan yang menarik didalam indeks sebuah direktori karier.
f.       Curah pendapat ide-ide bersama seorang teman/rekan sejawat/ konselor karier.
g.      Lihat artikel-artikel didalam buku-buku referensi untuk semua ide yang sudah andan miliki, pekerjaan memberikan daftar karier-karier sejenis, sebagai contoh, seorang klien yang tertarik dengan arsitektur akan menemukan teknik sipil, surveying, dan arsitektur lanskap disarankan disana.
h.      Selama seminggu, selama meonton televisi atau melihat orang-orang lain ditempat kerjanya, catat pekerjaan-pekerjaan yang menarik bagi anda.
i.        Pertimbangkan alternatif-alternatif kreaktif juga, misalnya wirausaha, franchising, pekerjaan kerelawanan, menggabungkan dua pekerjaan atau paruh-waktu (misalnya mengajar dan menulis). 
6.    Informasi yang Dibutuhkan oleh Konselor Karier
Konselor karier seharusnya mengetahui tentang berbagai sumber informasi, dan paling tidak memiliki sebuah pengetahuan umum tentang karier, misalnya tentang berbagai bidang pekerjaan sebagai berikut sebagaimana yang dituliskan oleh Nathan dan Hill (2012:160):
a.       Angkatan bersenjata,
b.      Adminitrasi, bisnis, klerikal, dan manajemen.
c.       Seni, kerajinan, dan desain.
d.      Mengajar dan kegiatan-kegiatan kultural,
e.       Hiburan dan kegiatan-kegiatan waktu luang,
f.       Hospitality, katering, dan jasa-jasa lainnya.
g.      Pelayanan kesehatan dan medis,
h.      Pelayanan sosial dan pelayanan-pelayanan terkait.
i.        Hukum dan pekerjaan terkait,
j.        Jasa keamanan dan perlindungan,
k.      Keuangan dan pekerjaan terkait,
l.        Pembelian, penjualan dan jasa-jasa terkait.
m.    Teknik,
n.      Industri manufaktur,
o.      Jasa kontruksi dan pertanahan,
p.      Binatang, tumbuhan dan lingkungan,
q.      Transportasi.
7.    Sumber-Sumber Informasi Non-Tertulis
Sumber pekerjaan paling berharga adalah pengalaman kerja klien sendiri (yang mau tak mau terbatas). Buku-buku referensi hanya memberikan informasi faktual, dan bukan esensi riil pekerjaan. Informasi “psikososial” adalah informasi pekerjaan yang memberikan tambahan bagi ide tentang seperti apakah pekerjaan itu sebenarnyandibanding informasi yang ditemukan didalam buku-buku dan pamflet. Nathan dan Hill (2012:162) menambahkan jenis-jenis pertanyaan yang biasanya tidak disinggung di dalam buku-buku karier yaitu termasuk:
a.       Bagaimana pekerjaan yang sama berbeda didalam sebuah organisasi kecil, bukan didalam sebuah organisasi besar. (contoh, seorang administrator perempuan yang membutuhkan kekuasaan dan pengaruh menyadari bahwa ia akan lebih berkemungkinan untuk mencapai itu didalam sebuah organisasi kecil).
b.      Bagaimana kecocokan budaya perusahaan atau karier dengan identitas individu yang bersangkutan? (misalnya, seorang insiyur mesin gay merasa sangat nyaman di lingkungan yang “macho”).
c.       Bagaimana persyaratan suatu pekerjaan memengaruhi kedua pasangan disebuah hubungan (misalnya, seorang petugas pemadam kebakaran menikahi seorang perempuan yang tidak dapat menerima derajat resiko yang terlibat dalam pekerjaan suaminya).
d.      Apa saja pola-pola interaksi dengan orang lain? (misalnya, seorang sekertaris yang dipromosikan keposisi manajer kantor yang menemukan bahwa pertemanannya dengan orang-orang yang tidak menjadi teman sejawatnya lagi terpengaruh oleh itu).
e.       Apa gaya hidup pekerjaannya, dan apakah itu akan memungkinkan klien untuk memiliki gaya hidup yang secara keseluruhan diinginkannya? (sebagai contoh, pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan kerja dimalam hari atau di akhir pekan mungkin akan melibatkan berbagai kesulitan bagi seorang petesis kompetitif.)
Informasi ini lebih sulit untuk ditemukan, hal ini lebih mungkin ditemukan didalam kepala orang lain. Ada berbagai kompleksivitas karena pengalaman pekerjaan begitu bervariasi sehingga banyak macam pola macam kebutuhan, kepribadian, dan preferensi gaya hidup dapat dipenuhi. Sebagai contoh, didalam pekerjaan konselor, sebagian orang bekerja sebagai salah satu anggota tim,yang lain bekerja sendiri, tanpa dukungan teman sejawat, sebagian memiliki kontak yang relatif singkat atau superfisial dengan banyak orang, sebagain memiliki hubungan jangka panjang intensif dengan sejumlah kecil klien. Berukut ini adalah beberapa metode untuk mendapatkan informasi psikososial:
a.       Kunjungan, observasi, work shadowing , pengalaman paruh waktu atau temporer.
b.      Mewawancarai seseorang disebuah pekerjaan.
c.       Badan profesi/ asosiasi perdagangan-sebagai contoh, the law society untuk informasi tentang karier hukum.
d.      Kontak-kontak pribadi; orang tua, patner, saudara, teman sejawat, mantan teman sejawat, dan teman (bersama kontak-kontak mereka) dapat menjadi sumber-sumber informasi pekerjaan yang berharga. Secara umum, semakin jauh informasi diperoleh, “ dari mulut kuda” (sumber informasi awal yang dapat dipercaya), semakin kurang nerharga pula informasi itu.

8.    Informasi Pekerjaan Sebagai Pedoman Bagi Konselor Karier
Nathan dan Hill (2012:165) menjelaskan beberapa pedoman yang harus diperhatikan bagi konselor karier terkait informasi pekerjaan yang diberikan kepada klien, yaitu:
a.       Pastikan bahwa klien memahami bahwa merekalah yang bertanggung jawab untuk melakukan risetnya sendiri. Hal ini mestinya sudah dimulai tahap contracting. Riset bukan sebuah proses klinis-vital bahwa klien”merasa memiliki” bagian prosesnya, tetapi juga tahu sumber daya apa yang tersedia, dan bagaimana cara mengaksesnya.
b.      Hindari penggunaan sesi konseling karier sebagai sarana untuk memasok informasi kepada klien. Ada bahaya mengacaukan kontraknya.
c.       Tunjukan kepada klien bagaimana cara menghasilkan sebuah daftar bagaimana kemungkinan karier.
d.      Bantu klien menjawab pertanyaan, “informasi apa yang saya butuhkan ?” dan, “dimana dan bagaimana saya bisa mendapatkan”?.
e.       Arahkan klien kesumber-sumber informasi formal dan tertulis yang cendrung tidak memihak dan objektif, dan juga ke sumber-sumber lisan –informal bilamana mungkin.
f.       Dorongan dan ukungan yang kuat dari klien didalam proses meriset opsi-opsi karier secara terperinci.
g.      Bantu klien untuk mengaitkan informasi pekerjaan seobjektif mungkin dengan hasil-hasil konseling karier. Sebagai contoh, seorang klien sangat tertarik menjadi pengacara, tetapi tidak terlalu pandai bicara dengan mencoba meyakinkan sendiri bahwa dia pandai bicara ketika membaca bahwa inilah salah satu kualitas yang dibutuhkan. Mungkin membantu untuk membantu memberikan beberapa pertanyaan untuk diajukan ketika meriset. Sebagai contoh, “apa yang benar-benar cocok ayau tampaknya cocok dengan diri saya?” dan dapatkah saya melihat diri saya sendiri seperti ini?”dan, dapatkah saya melihat diri saya sendiri menjadi seperti ini”?.
h.      Bantuan klien untuk mengevaluasi informasinya, dan peringatkan mereka tentang ketidakakuran atau ketidaklengkapan sebagian informasi. Sebagai contoh, kebanyakan informasi pekerjaan ditunjukkan kepada school leavers, dan persyaratan-persyaratan entrynya kemungkinan berbeda di dalam praktik untuk entrants yang usianya sudah matang.
i.        Dukung klien dalam mengatasi reaksi-reaksi emosional mereka ketika mengumpulkan informasi. Sebagian klien akan membutuuhkan dukungan lebih jauh ketika menemui kesulitan atau kemunduran.
Meriset informasi pekerjaan dapat menghasilkan insaights yang mengejutkan begi seorang klien, dan menghasilkan revisi atas konsep dirinya. 
9.    Informasi Pasar Kerja
Pemerintah telah menyediakan informasi pasar kerja secara online. Bagi orang-orang yang ingin menggunakan web-nya, pemerintah mempublikasikan Labour Market Trends secara bulanan, dan ini dapat diakss diperpustakaan-perpustakaan referensi. Untuk informasi lebih terperinci (misalnya tentang tren-tren pekerjaan dibidang pekerjaan tertentu), kami menyarankan untuk mendekati badan perwakilan untuk pekerjaan itu. Informasi dari sumber-sumber ini mungkin lebih anecdotal,  tetapi juga akan lebih spesifik. Informasi tentang tren pekerjaan dan lowongan pekerjaan berubah sangat cepat dan tidak tersedia luas dalam buku referensi. Laporan sesekali dibuat, misalnya oleh the Skills and Enterprise Network, tetapi informasi sebaiknya diperolah dari sumber-sumber yang lebih efemeral (jangka-pendek) seperti artikel surat kabar atau mewawancarai ahli, dan bukan dari buku-buku. Hal ini juga bisa menyesatkan, tren tidak abadi, orang-orang yang memutuskan untuk mengikuti pelatihan dibidang pekerjaan yang saat ini banyak lowongan mungkin menemukan bahwa ketika mereka sudah qualified, bidang pekerjaan itu sudah jenuh. Di samping itu, generalisai tentang sektor-sektor yang sedang menurun tidak selalu berarti bahwa klien tertentu tidak akan berhasil dalam melamar sebuah posisi di sektor itu. Jelas, kesuksesan akan lebih mungkin jika klien sangat termotivasi, kompeten, memiliki keterampilan,  job-hunting  yang baik, dan siap untuk relokasi, (dalam Nathan dan Hill, 2012:167-168).

BAB 3
PEMBAHASAN
Implementasi Pemanfaatan Kuesioner dan Informasi Karier (Kerja)

Kuesioner adalah instrumen bukan-standar yang sangat populer dan banyak orang pernah menghadapinya. Kuesioner tampaknya sudah menjadi bagian utama gaya hidup Amerika karena terus digunakan untuk mendata reaksi publik, mengumpulkan opini, memprediksi kebutuhan, dan mengevaluasi berbagai komoditas, jasa dan aktivitas. Popularitasnya terkadang sanggup menutupi pereduksian kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data jika digunakan untuk kelompok masyarakat umum lantaran penekanan biaya, namun dalam wilayah konseling, akurasinya bisa tetap terjaga.
Di Indonesia sendiri terkait penggunaan kuesioner dan informasi kerja dalam rangka bimbingan dan konseling karier sendiri sudah banyak dilaksanakan termasuk dalam jalur pendidikan formal di sekolah maupun di luar jalur pendidikan sekalipun. Contohnya sudah banyak guru BK di sekolah-sekolah yang memanfaatkan kuesioner sebagai alat bantu dalam pemberian layanan BK termasuk dalam hal mengumpulkan informasi atau data terkait klien/ siswa termasuk yang berkenaan dengan kariernya. Ini semacam asesmen awal yang dilakukan untuk nantinya ditindak lanjuti sebagaimana kondisi dan kebutuhan dari klien. Jumlah siswa di sekolah yang banyak menjadi salah satu alasan mengapa guru BK sangat memanfaatkan kuesioner karena memang merupakan solusi untuk mendapatkan data dari responden dalam jumlah besar dengan tingkat efektifitas dan efisiensi waktu dan tenaga yang lebih baik ditambah dengan sudah banyaknya teknologi untuk mempermudah dalam mengolah data hasil kuesioner yang ada.
Informasi karier juga sudah banyak diberikan oleh guru BK di sekolah kepada siswa-siswinya, khususnya untuk yang sudah menginjak kelas atas atau mendekati masa kelulusan. Informasi yang diberikan biasanya berupa pilihan Sekolah untuk studi lanjutan, pilihan beragam Perguruan Tinggi atau peluang kerja khususnya bagi siswa SMK. Pemberian informasi pun melalui beragam media, bisa berupa mading, pengumuman lisan dengan dibantu media yang ada dan melalui beragam cara lainnya.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kesadaran seseorang untuk mencari informasi karier yang dapat menunjang  kariernya semakin meningkat dan hal tersebut dibarengi dengan meningkatnya teknologi sumber informasi di era saat ini, sehingga kemudahan untuk mengakses informasi karier sudah lebih tersedia. 


BAB 4
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling karier, beragam bentuk asesmen sangat dibutuhkan termasuk penggunaan kuesioner dan informasi kerja. Kuesioner (angket) dalam BK Karier berupa kumpulan sejumlah pertanyaan/ pernyataan yang harus dijawab dengan benar, jujur dan tepat oleh responden yang bersangkutan terkait kebutuhan akan data yang berkenaan dengan karier responden untuk selanjutnya diproses dan dianalisis data tersebut guna memasuki langkah selanjutnya dalam proses BK karier yang dilakukan oleh konselor.
Informasi karier (kerja) sudah banyak jenis dan sumbernya yang dapat diakses dengan mudah oleh konselor maupun secara mandiri oleh klien dengan arahan atau bimbingan yang tepat oleh konselor, agar klien memperoleh manfaat dari informasi tersebut guna menunjang karier yang akan atau sedang dijalani olehnya. 
.
B.     Saran
1.    Bagi calon konselor, pendidik konselor maupun konselor sekolah/ Guru BK yang telah menjalankan profesi BK di lapangan diharapkan juga memahami terkait pentingnya pemanfaatan kuesioner dan informasi kerja dalam praktek bimbingan dan konseling karier karena dalam praktek kerjanya tidak dipungkiri akan menangani konseli dengan jumlah besar yang memerlukan penanganan yang tepat guna menunjang kariernya yang lebih baik di masa depan, sehingga segala bentuk media atau alat bantu yang dapat menunjang pelaksanaan BK Karier harus dpat dipahami dan dimanfaatkan dengan sebaik mungkin.
2.      Bagi masyarakat luas diharapkan mampu memanfaatkan informasi karier (kerja) yang tersedia dengan sebaik mungkin dengan tetap meminta bimbingan dari ahlinya.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Barrett, Jim. 2006. Career Aptitude and Selection Tests. London and Philadelphia: Kogan Page.

Gibson, RL & Mitchell, MH. 2011. Bimbingan dan Konseling (Introduction to Counseling and Guidance). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gladding, ST. 2012. Konseling: Profesi yang Menyeluruh (Edisi Keenam). Jakarta: Indeks.

Nathan, R & Hill, L . 2012. Konseling Karier (Career Counselling). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

nafi ahmed write


No comments:

Post a Comment