BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG BIMBINGAN
DAN KONSELING DISEKOLAH
Latar belakang
Di dunia pendidikan masa ini, masih
banyak hal-hal penting yang perlu kita ketahui. Tidak hanya mengenai bagaimana
sistem pembelajaran dan cara mengajarnya. Tapi juga organisasi yang ada
didalamnya. Disetiap sekolah selalu ada guru dan mata pelajran yang akan di
ajarkan untuk siswanya. Guru di sekolah juga wajib mengetahui tingkah laku
siswa. Tidak hanya guru, disekolah juga telah ada mata pelajaran yang mengelola
dan mengatur tingkah laku siswa disekolah. Bimbingan dan konseling menangani
masalah-masalah yang dialami oleh siswa baik di sekolah maupun yang terjadi
diluar sekolah. Guru yang menangani bimbingan dan konseling harus memahami
setiap siswa yang mempunyai masalah dan bisa menyelesaikan masalah nya
tersebut. Bimbingan dan konseling biasanya berbicara mengenai aspek psikologis,
ini sangat penting jika ada banyak gangguan psikis pada peserta didik yang
biasanya tertekan masalahdan tidak mampumenagkap pelajran dengan baik. Tidak
hanya itu, bimbingan konseling juga sebagai motivator dan pemanatau
masalah-masalah siswa yang berkaitan dengan tingkah laku.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar belakang sejarah
bimbingan dan konseling di Indonesia
Perkembangan
layanan di Indonesia dimulai dengan kegiatan di sekolah dan usaha-usaha
pemerintah. Secara terbuka bimbingan dan konseling di Indonesia telah mulai
dibicarakan secara terbuka sejak tahun 1962. Hal ini ditandai dengan adanya
perubahan sistem pendidikan di SMA yaitu perubahan nama menjadi SMA Gaya Baru,
dan berubahnya waktu penjurusan yang awalnya di kelas I menjadi dikelas II.
Program jurusan ini merupakan akan respon akan kebutuhan untuk menyalurkan para
siswa ke jurusan yang tepat bagi dirinya secara perorangan. Dalam pengembangan
pendidikan, melalui lokalkarya-lokakarya telah berhasil menyusun dua naskah
penting dalam sejarah perkembangan layanan bimbingan di Indonesia, yaitu :
1. Pola
dasar rencana dan pengembangan Program Bimbingan dan Penyuluhan melalui proyek-proyek
perintis sekolah pembangunan
2. Pedoman
operasional poelayanan bimbingan pada proyek –proyek perintis sekolah
pembangunan.
Secara formal bimbingan
dan konseling di Indonesia di programkan di sekolah sejak diberlakukannya
kurikulum 1975. Sebagai penyempurnaan
pada kurikulum 1984 telah dimasukan bimbingan karier. Dan dimantapkan pada
belakunya UU No 2/1989 tentang sistem pendidikan Nasional. Dalam pasal 1 ayat
1 disebutkan bahwa :” pendidikan adalah
usaha sadar diri untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan ,
pengajaran dan atau latihan bagi
peranannya di masa yang akan datang. Posisi bimbingan termakhtub dalam UU No 2
di atas PP No 28 Bab X pasal 25/1990 dan PP Np 29 Bab X Pasal 27/1990 “ bimbingan
merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan
pribadi , mengenal lingkungan dan merrencanakan masa depan. Kemudian
perkembangan bimbingan dan konseling di Indonesia semakin mantap dengan
terjadinya perubahan nama organisasi Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI)
menjadi Asosiasi Bimbingan dan Konseling
Indonesia (ABKIN) pada tahun 2001. Pemunculan nama ini dilandasi
terutama oleh pemikiran bahwa bimbingan dan konseling harus tampil sebagai
profesi yang mendapat pengakuan dan kepercayaan publik. Menurut Prayitno (2003) bahwa periodesasi perkembangan
bimbingan dan penyuluhan di Indonesia melalui lima periode yaitu : periode pra
wawancara, pengenalan , pemasyarakatan , konsolidasi dan tinggal landas
a.
Latar
belakang Bimbingan dan konseling di Sekolah
Seiring perkembangan zaman, problematika peserta didik
di sekolah semakin beragam. Jalan pikiran mereka menjadi terbagi dengan masalah
diluar sekolah dan di dalam sekolah. Suatu tindak layanan sekolah pada peserta
didik dengan bimbingan konseling yang mengarahkan para para peserta didik untuk
mengetahui bakat dan potensi dalam diri mereka.
Bimbingan konseling biasanya berbicara mengenai aspek
psikologis, ini akan sangat penting jika ada banyak gangguan psikis pada
peserta didik yang biasanya tertekan masalah dan tidak mampu menangkap
pelajaran dengan baik. Bimbingan konseling juga sangat penting posisinya untuk
membimbing siswa untuk memotivasi diri bahwa mereka adalah suatu pribadi yang
unik dan mampu bersaing.
Perlunya bimbingan konseling dapat berfungsi sebagai pemantau
masalah-masalah siswa yang berkaitan tentang masalah kelainan tingkah laku dan
adaptasi. Sulitnya salah satu siswa untuk bergaul dan cenderung mengasingkan
diri dari teman-temannya memiliki akar permasalahan yang biasanya beruntun.
Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen
dalam keseluruhan sistem pendidikan khususnya di sekolah; guru merupakan salah
satu pendukung unsur pelaksana pendidikan yang mempunyai tanggung jawab sebagai
pendukung pelaksana layanan bimbingan pendidikan di sekolah, dituntut untuk
memiliki wawasan yang memadai terhadap konsep-konsep dasar bimbingan dan
konseling di sekolah.
Peserta didik tidak hanya memerlukan materi – materi
pelajaran sekolah, materi bimbingan konseling pun perlu, karena pada dasarnya
setiap kehidupan pasti ada masalah. Memang sebagian orang bisa mengatasi
masalahnya sendiri, tetapi tidak sedikit juga orang yang memerlukan bantuan
orang lain untuk menyelesaikan masalah – masalah tersebut. Jadi apabila peserta
didik tetap dibiarkan memiliki masalah tanpa dibantu, bagaimana mungkin peserta
didik bisa berkonsentrasi untuk memahami atau berfikir mengenai
pelajarannya. Kalau ia masih punya beban fikiran yang lain. Maka dari itu
bimbingan dan konseling disekolah sangatlah diperlukan.
Faktor-faktor yang melatarbelakangi muncul dan diperlukannya
bimbingan dan konseling:
1.
Latar Belakang Psikologi
Latar belakang psikologis dalam BK memberikan
pemahaman tentang tingkah laku individu yang menjadi sasaran (klien). Hal ini
sangat penting karena bidang garapan bimbingan dan konseling adalah tingkah
laku klien, yaitu tingkah laku yang perlu diubah atau dikembangkan untuk
mengatasi masalah yang dihadapi.[1]
Peserta didik sebagai individu yang dinamis dan berada dalam
proses perkembangan, memiliki kebutuhan dan dinamika dalam interaksi dengan
lingkungannya. Di samping itu, peserta didik senantiasa mengalami berbagai
perubahan sikap dan tingkah lakunya. Proses perkembangan tidak selalu
berlangsung secara linier (sesuai dengan arah yang diharapkan atau norma yang
dijunjung tinggi), tetapi bersifat fluktuatif dan bahkan terjadi stagnasi atau
diskontinuitas perkembangan.[2]
Latar belakang dari segi psikologis menyangkut masalah
perkembangan individu, perbedaan individu, kebutuhan individu penyesuaian
diri serta masalah belajar.
2. Latar
Belakang Sosial Budaya
Individu merupakan biopsikososiospiritual, yang
artinya bahwa individu makhluk biologis, psikologis, sosial dan spiritual.
Setiap anak sejak lahir tidak hanya mampu memenuhi tuntutan biologisnya, tepapi
juga tuntutan budaya di mana individu itu tinggal, tuntutan budaya itu dilakukan
agar segala dampak modrenisasi dapat di filter oleh individu tersebut secara
otomatis, serta individu diharapkan dapat menyesuaikan tingkah lakunya sesuai
dengan budaya yang sudah ada, agar dapat di terima dengan baik oleh lingkungan
tersebut. Untuk mengembangkan semua kemampuan penyesuaian tersebut, sangat
diperlukan sebuah bimbingan.
Terkait dengan layanan bimbingan dan konseling di
Indonesia, Moh. Surya mengatakan tentang tren bimbingan dan konseling
multikultural, bahwa bimbingan dan konseling dengan pendekatan multikultural
sangat tepat untuk lingkungan berbudaya plural seperti Indonesia. Bimbingan dan
konseling dilaksanakan dengan latar belakang berlandaskan semangat bhinneka
tunggal ika, yaitu kesamaan di atas keragaman. Layanan bimbingan dan konseling
hendaknya lebih berpangkal pada nilai-nilai budaya bangsa yang secara nyata
mampu mewujudkan kehidupan yang harmoni dalam kondisi pluralistik
3. Latar
Belakang Agama
Setiap individu merupakan makhluk Tuhan yang pada
dasarnya sama memiliki fitrah sebagai khalifah dan hamba-Nya. Dalam kategori
ini pun, sangat diperlukan sekali bimbingan terhadap setiap tantangan dimensi
spiritualitas individu, seperti: dekadensi moral, budaya hedonistik, dan
penyakit hati. Bimbingan dalam hal ini diperuntukan agar setiap individu mampu
memandang setiap tantangan kearah positif bukan malah terjerumus kearah
negative, sehingga kehidupan dapat dijalani sesuai dengan kaidah-kaidah agama.
Dalam landasan agama, bimbingan dan konseling
diperlukan penekanan pada 3 hal pokok:
a.
Keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam
adalah mahluk Tuhan
b.
Sikap yang mendorong perkembangan dan
perikehidupan manusia berjalan kearah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama
c.
Upaya yang memungkinkan berkembang dan
dimanfaatkannya secara optimal suasana dan perangkat budaya serta
kemasyarakatan yang sesuai dengan kaidah-kaidah agama untuk membentuk
perkembangan dan pemecahan masalah individu.
Landasan religius bimbingan dan konseling pada dasarnya ingin
menetapkan klien sebagai makhluk Tuhan dengan segenap kemuliaannya menjadi
fokus sentral upaya bimbingan dan konseling. Pembahasan landasan religius ini,
terkait dengan upaya mengintegrasikan nilai-nilai agama dalam proses bimbingan
dan konseling.
4. Latar
Belakang Pendidikan
Bimbingan dan konseling diperlukan untuk mengembangkan
pendidikan yang bersifat meninggi, meluas dan mendalam. Meninggi artinya
membantu membimbing individu memilih jenjang pendidikan yang lebih tepat,
karena semakin bertambahnya kesempatan dan kemungkinan untuk mencapai tingkat
pendidikan yang lebih tinggi. Serta sangat diperlukan untuk membuat individu
lebih mandiri dan berkembang secara optimal dalam berbagai
bimbingan, seperti: bimbingan pribadi, sosial, belajar dan bimbingan karir
melalui berbagai jenis kegiatan bimbingan, sehingga pendidikan dapat berjalan
dengan lancar dengan adanya bimbingan dan konseling.
Arah meluas tampak dalam pembagian sekolah dalam
berbagai jurusan khusus dan sekolah kejuruan. Hal ini menimbulkan kebutuhan
akan bimbingan untuk memilih jurusan yang khusus dan memilih bidang studi yang
tepat bagi setiap murid. Arah mendalam tampak dalam berkembangnya ruang lingkup
dan keragaman disertai dengan pertumbuhan tingkat kerumitan dalam tiap bidang
studi. Hal ini menimbulkan masalah bagi murid untuk mendalami tiap bidang studi
dengan tekun. Perkembangan ke arah ini bersangkut paut pula dengan kemampuan
dan sikap serta minat murid terhadap bidang studi tertentu. Ini semua
menimbulkan akibat bahwa setiap murid memerlukan perhatian yang bersifat
individual dan khusus. Dalam hal ini pula terasa sekali kebutuhan akan
bimbingan di sekolah.[4]
Untuk menuju tercapainya pribadi yang berkembang, maka
kegiatan pendidikan hendaknya bersifat menyeluruh yang tidak hanya berupa
kegiatan instruksional (pengajaran), akan tetapi meliputi kegiatan yang
menjamin bahwa setiap anak didik secara pribadi mendapat layanan sehingga
akhirnya dapat berkembang secara optimal. Kegiatan pendidikan yang diinginkan
seperti tersebut di atas, adalah kegiatan pendidikan yang ditandai dengan
pengadministrasian yang baik, kurikulum beserta proses belajar mengajar yang
memadai, dan layanan pribadi kepada anak didik melalui bimbingan.
Dalam hubungan inilah bimbingan mempunyai peranan yang
amat penting dalam pendidikan, yaitu membantu setiap pribadi anak didik agar
berkembang secara optimal. Dengan demikian maka hasil pendidikan sesungguhnya
akan tercermin pada pribadi anak didik yang berkembang baik secara akademik,
psikologis, maupun sosial.
Ada tiga hal pokok yang menjadi latar belakang
perlunya bimbingan dilihat dan segi pendidikan.
1.
Pertama adalah dilihat dan hakikat
pendidikan sebagai suatu usaha sadar dalam mengembangkan kepribadian. Hal ini
mengandung implikasi bahwa proses pendidikan menuntut adanya pendekatan yang
lebih luas dari pada sekedar pengajaran. Pendekatan yang dimaksud adalah
pendekatan pribadi melalui layanan bimbingan dan konseling.
2.
Kedua, pendidikan senantiasa berkembang
secara dinamis dan karenanya selalu terjadi perubahan perubahan dan penyesuaian
dalam komponen-komponennya. Menghadapi perkembangan ini para siswa sebagai
subjek didik memerlukan bantuan dalam penyesuaian diri melalui layanan
bimbingan.
3.
Ketiga pada hakikatnya guru mempunyai
peranan yang tidak hanya sebagai pengajar,tetapi lebih luas dari itu, yaitu
sebagai pendidik. Sebagai pendidik, maka guru harus dapat menggunakan
pendekatan pribadi dalam mendidik para siswanya. Pendekatan pribadi ini
diwujudkan melalui layanan bimbingan.
5. Latar
Belakang Perkembangan IPTEK
Di era ini ilmu pengetahuan, informasi dan teknologi
berkembang sangat pesat, oleh karena itu diperlukannya Bimbingan dan Konseling,
agar individu dapat mengetahui dampak positif dan negatifnya dari perkembangan
tersebut. Lewat Bimbingan dan Konseling, individu diarahkan kepada dampak
positif dari IPTEK yang lebih ditujukan pada penerapan teknologi yang
harus dimilliki dan dikuasai karena semakin kompleksnya jenis-jenis dan syarat
pekerjaan serta persaingan antar individu.
Dengan teknologi jaringan tidak hanya mata kuliah atau
bidang studi saja yang bisa memanfaatkan teknologi tinggi, melainkan hampir
sebagian besar proses belajar mengajar termasuk BK (Bimbingan Konseling) atau
Bimbingan Karier sudah bisa memanfaatkan teknologi.
Terkait sasaran layanan makin kompleks, diperlukan
pelayanan BK yang profesional. Salah satu syarat pekerjaan profesional itu
adanya komitmen menerapkan keahlian. Lembaga ataupun sekolah harus selalu
menyiapkan guru BK yang adaptif dengan perubahan iptek sehingga teori yang
dipelajari relevan dengan tugas BK.
Dengan teknologi khususnya jaringan komputer baik
Intranet maupun Internet proses belajar mengajar, proses interaksi antara
konselor dan klien bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja tanpa dibatasi
ruang dan waktu. Dengan demikian peran teknologi tinggi dalam dunia pendidikan
khususnya Bimbingan dan Konseling sangat dibutuhkan untuk mendapatkan hasil
yang sesuai dan maksimal.
Bimbingan merupakan bagian integral dari proses
pendidikan dan memiliki kontribusi terhadap keberhasilan proses pendidikan
disekolah (Juntika,2005). Berdasarkan pernyataan di atas dapat
dipahami bahawa proses pendidikan disekolah termasuk madrasah tidak akan
berhasil secara baik apabila tidak didukung oleh penyelenggaraan bimbingan
secara baik pula
Sekolah dan madrasah memiliki tanggung jawab yang
besar membantu siswa agar berhasil dalam belajar. Untuk itu sekolah dan
madrasah hendaknya memberikan bantuan kepada siswa untuk mengtasi
masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan belajar siswa. Dalam kondisi seperti
ini, pelayanan bimbingan dan konseling sekolah dan madrasah sangat penting
untuk dilaksanakan guna membantu siswa mengatasi berbagai masalah yang
dihadapinya.
Secara umum masalah-masalah yang dihadapi oleh
individu khususnya oleh siswa di sekolah dan madrasah sehingga memerlukan
bimbingan dan konseling adalah: (1) masalah-masalah pribadi, (2) masalah
belajar (masalah-masalah yang menyangkut pembelajaran), (3) masalah pendidikan,
(4) masalah karir atau pekerjaan, (5) penggunaan waktu senggang, (6)
masalah-masalah sosial dan lain sebagainya.
Pelayanan bimbingan dan konseling telah menjadi salah
satu pelayanan yang penting dan dibutuhkan disetiap sekolah termasuk madrasah.
Menurut Suradi (1996) dan Salwa (2004) ada sepuluh alasan mengapa pelayanan
bimbingan konseling perlu diadakan khususnya disekolah yaitu :
1.
Membantu siswa agar berkembang dalam semua
bidang
2.
Membantu siswa untuk membuat pilihan yang
sesuai pada semua tingkatan sekolah
3.
Membantu siswa membuat perencanaan dan
pemilihan karier di masa depan (setelah tamat)
4.
Membantu siswa membuat penyesuaian yang
baik disekolah dan juga diluar sekolah
5.
Membantu dan melengkapi upaya yang dilakukan
orang tua di rumah
6.
Membantu mengurangi atau mengawasi
dan kelambanan dalam sistem pendidikan
7.
Membantu siswa yang memerlukan bantuan
khusus
8.
Menambah daya tarik sekolah terhadap
masyarakat (user)
9.
Membantu sekolah dalam
mencapai sukses pendidikan (akademik) baik pada tingkat sekolah dasar hingga
perguruan tinggi; dan
10. Membantu
mengatasi masalah disiplin pada siswa.
Paparan di atas menjelaskan bahwa pelayanan bimbingan
dan konseling perlu diadakan disekolah-sekolah karena pelayanan ini dapat
membantu para siswa mencapai tujuan yang diinginkan, membantu siswa untuk
meningkatkan pencapaian akademik dan mengembangkan siswa untuk meningkatakan
pencapaian akademik dan mengembangakan potensi yang ada pada diri mereka agar
mereka dapat menghasilkan perubahan positif dalam dirinya sendiri. Selain itu,
melalui pelayan bimbingan dan konseling, para siswa disekolah dan madrasah juga
berpeluang untuk menyatakan perasaan dan berbagai masalah yang mereka hadapi
kepada guru bimbingan konseling.
C.
Beberapa yang menjadi persoalan dalam penyelenggraan program bimbingan dan
konseling saat ini :
a. Masih
terdapat kesenjangan rasio konselor dengan jumlah sekolah dan jumlah peserta
didik disetiap jenjang pendidikan, bahkan di Sekolah Dasar belum ada
pengangkatan khusus seorang konselor.
b. Dampak
dari kesenjangan antara jumlah konselor dengan jumlah sekolah, atau jumlah
peserta didik adalah (1) di sekolah sekolah tertentu tidak ada guru pembimbing,
(2) di sekolah sekolah tertentu ada guru pembimbingnya meskipun tidak seimbang
dengan banyaknya siswa, dan (3) untuk menutupi kekurangan guru pembimbing,
tidak jarang kepala sekolah mengangkat guru-guru mata pelajaran (yang jam
pelajarannya kurang) menjadi guru pembimbing.
c. Pengangkatan
guru mata pelajaran menjadi guru pembimbing di satu sisi memberikan impresi
positif bagi penyelenggaraan program BK di sekolah, karena ada kepedulian
kepala sekolah terhadap program BK. Namun di sisi lain kebijakan tersebut
memberikan dampak yang kurang baik bagi profesi bimbingan-bimbingan dan
konseling itu sendiri, karena dilakukan oleh orang-orang yang tidak memiliki
keahlian tentang BK. Program BK dianggap sebagai kegiatan pelengkap di sekolah
yang tidak perlu dilakukan secara profesional, karena siapupun bisa
melaksanakannya.
d. Meskipun
bimbingan dan konseling dipandang sebagai kegiatan profesional, namun secara
hukum belum terproteksi oleh standar
kode etik yang kokoh, yang memberikan
jaminan bahwa hanya lulusan pendidikan konselor lah yang bisa mengemban
tugas atau memberikan layanan bimbingan
dan konseling.
e. Bimbingan
dan konseling masih belum familier di kalangan masyarakat. Popolaritasnya masih
terbatas dalam komunitas tertentu, dan di lingkungan (yaitu sekolah) yang
seyogianya sudah akrab dan apresiatif terhadap BK, masih ada yang belum
memahami secara tepat dan bahkan menaryh citra negatif terhadap BK.
f. Masih
ada kepala sekolah yang belum memahami secara tepat program bimbingan dan
konseling di sekolah, sehingga akhirnya mereka memberikan tugas kepada guru
pembimbing yang mismatc, tidak profesional, tidak sesuai dengan peran yang
sebenarnya. Sering guru pembimbing diberi tugas dengan kegiatan-kegiatan yang
bersebrangan secara diametral dengan tugas yang sebenarnya, seperti yang
ditugaskan untuk menghukum para siswa yang sering kesiangan atau membolos, atau
menangani para siswa yang melanggar tata tertib.Kondisi ini sangat tidak
kondusif bagi profesi konselor, karena dapat meruntuhkan citra dan martabat
koselor yang dikalangan siswa. yang seharusnya konselor menjadi manusia panutan
yang diesenangi , dipercaya, dan disegani oleh siswa, malah sebaliknya siswa
menjadi takut, dan merasa tidak senang dengan adanya konselor. Akhirnya program bimbingan dan konseling di Sekolah
tidak berjalan sebagaimana diharapkan.
g. Citra
bimbingan dan konseling semakin diperburuk dengan masih adanya guru pembimbing
yang kinerjanya tidak profesional. Merteka masih lemah dalam (a) memahami
konsep-konsep bimbingan secara komprehensif, (b) menyusun program bimbingan dan
konselin, (c) mengimplementasikan teknik-teknik bimbingan konseling, (d)
kemampuan berkolaborasi dengan pimpinan sekolah atau guru mata pelajaran, (e)
mengelola bimbingan dan konseling, (f) mengevaluasi program (proses dan hasil)
bimbingan konseling, dan melakukan tindak lanjut (follow up) hasil evaluasi
untuk perbaikan atau pengembangan program dan (g) penampilan kualitas
pribadinya, yaitu mereka dinilai masih kurang kooperatif dan kolaboratif.
h. LPTK
yang menyelenggarakan pendidikan bagi calon guru pembimbing masih belum
memiliki kurikulum yang mantap untuk melahirkan konselor-konselor yang
profesional.
BAB
III
KESIMPULAN
Perlunya bimbingan
konseling berfungsi sebagai pemantau masalah-masalah siswa yang berkaitan
tentang masalah kelainan tingkah laku dan adaptasi. Sulitnya salah satu siswa
untuk bergaul dan cenderung mengasingkan diri dari teman-temannya memiliki akar
permasalahan yang biasanya beruntun.
Bimbingan dan konseling
merupakan salah satu komponen dalam keseluruhan sistem pendidikan khususnya di
sekolah; guru merupakan salah satu pendukung unsur pelaksana pendidikan yang
mempunyai tanggung jawab sebagai pendukung pelaksana layanan bimbingan
pendidikan di sekolah, dituntut untuk memiliki wawasan yang memadai terhadap
konsep-konsep dasar bimbingan dan konseling di sekolah.
Faktor-faktor yang
melatarbelakangi muncul dan diperlukannya bimbingan dan konseling :
1. Latar Belakang Psikologis
2. Latar Belakang Sosial Budaya
3. Latar Belakang Agama
4. Latar Belakang Pendidikan
5. Latar Belakang Perkembangan IPTEK
nafi ahmed write
No comments:
Post a Comment